Tanaman Buncis
Menanam Buncis – Analisis, Pupuk, Klasifikasi Dan Harga Bibit – Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah Tahuaacan-Meksiko.
Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia. Sekarang buncis sudah dibudidayakan di seluruh dunia, mulai dari kawasan tropis, sub tropis, gurun bahkan di negeri yang bermusim dingin.
- Di negeri yang beriklim sub tropis atau dingin, budidaya buncis hanya bisa dilakukan selama musim panas, atau di dalam greenhouse.
- Di kawasan gurun, budidaya buncis juga hanya bisa dilakukan di dalam greenhouse, atau di alam terbuka namun dengan diberi tanaman pelindung untuk menahan angin.
- Di Indonesia, buncis polong yang lazim dibudidayakan hanyalah varietas hijau, dengan biji putih, tipe merambat. Sementara buncis biji yang paling banyak ditanam, adalah varietas berbiji merah (kacang merah), yang merupakan tipe tegak.
Buncis adalah sayuran dataran menengah (500 m. dpl) sampai tinggi (1.000 m. dpl). Pada musim penghujan, buncis bisa dibudidayakan di lahan kering (tanah tegalan). Tetapi pada musim kemarau, buncis hanya bisa dibudidayakan di lahan sawah atau lahan yang berpengairan teknis.
Dilihat dari tanamannya, dikenal ada dua macam buncis yakni : buncis merambat dan buncis tegak. Buncis merambat dibudidayakan dengan ajir (lanjaran tempat merambat tanaman). Ajir biasanya berupa bilah bambu atau batang-batang perdu. Sementara buncis tegak dibudidayakan tanpa ajir. Produktivitas bincis merambat umumnya lebih tinggi dibanding buncis tegak.
Dilihat dari cara bagian yang dikonsumsi, buncis dibedakan menjadi jenis polong dan biji. Buncis polong dikonsumsi polong mudanya. Polong buncis masih dibedakan menjadi polong biasa (panjang 12 cm), dan baby buncis (panjang 7 cm). Baby buncis dipetik ketika ukurannya
Buncis biji dibiarkan sampai tua dikeringkan dan diambil bijinya untuk dikonsumsi. Buncis polong umumnya berbiji sedikit ,polongnya berdaging tebal, renyah dengan serat yang hampir tidak ada. Buncis biji,berpolong tipis, alot karena banyak seratnya. Tetapi polong jenis buncis ini berbiji banyak dengan ukuran besar-besar. Selain polong dan bijinya, buncis juga bisa dikonsumsi daunnya.
Dari warna daun, polong dan bijinya, buncis juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam. Batang, daun dan kulit polong buncis bisa dibedakan menjadi buncis hijau dan ungu. Variasi warna lebih banyak terdapat pada biji buncis. Mulai dari buncis biji putih, ungu, hitam, merah, cokelat, kuning pink dan loreng.
Varietas buncis yang sudah banyak ditanam petani dan populer antara lain :
- Buncis babud (lokal bandung)
Varietas ini mempunyai polong kurang lebih sebesar jari kelingking dengan penampang melintang berbentuk bulat. Panjang polong sekitar 15 cm dengan ujung agak melengkung dan berwarna hijau muda. Biji yang sudah tua berwarna putih.
- Buncis hawaian wonder
Varietas ini mempunyai polong yang besar dan warna yang lebih muda dari buncis babud. Penampang melintang polong agak pipih, lebar sekitar 2,5 cm dan panjangnya sekitar 25 cm. Biji yang sudah tua berwarna cokelat keabu-abuan.
- Buncis kopak
Jika dibandingkan dengan buncis hawaian wonder, polongnya lebih pipih. Lebar polong 3,5 cm, panjangnya 22 cm, dan bentuknya sering bengkok. Biji yang sudah tua berwarna putih, bentuknya pipih dan lebih besar dari buncis babud.
- Buncis kansender
Tanamannya agak pendek, polongnya lurus dengan panjang sekitar 12 cm, dan berwarna hijau. Umurnya lebih genjah dari buncis babud. Biji yang sudah tua umumnya berwarna cokelat muda.
- Buncis hawkesburry wonder
Varietas ini mempunyai bentuk polong panjang sekitar 12 cm, bentuknya agak pipih, dan berwarna hijau pucat. Warna bijinya merah ungu, kemudian berubah menjadi cokelat kehitaman bila sudah tua. Ukuran bijinya lebih besar dibandingkan dengan varietas lainnya.
- Buncis lokal Surakarta
Varietas ini produksinya lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Polongnya berwarna hijau, biji yang sudah tua berwarna hitam, dan bentuknya bulat.
Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton. Daerah yang sejak lama menjadi sentra pertanaman buncis antara lain Kotabatu (Bogor), Pengalengan dan Lembang (Bandung) dan Cipanas (Cianjur).
Tanaman Buncis
- Kingdom : Plantae (tumbuhan)
- Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
- Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
- Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
- Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
- Sub-kelas : Rosidae
- Ordo : Fabales
- Familia : Fabaceae (suku polong-polongan)
- Genus : Phaseolus
- Spesies : Phaseolus radiatus L.seolus vulgaris L.
Kacang buncis dan kacang jogo mempunyai nama ilmiah sama yaitu Phaseolus vulgaris L., yang berbeda adalah tipe pertumbuhan dan kebiasaan panennya. Kacang buncis tumbuh merambat (pole beans) dan dipanen polong mudanya, sedangkan kacang jogo (kacang merah) merupakan kacang buncis jenis tegak (tidak merambat) umumnya dipanen polong tua atau bijinya saja, sehingga disebut Bush bean. Nama umum kacang buncis di pasaran internasional disebut Snap beans atau French beans, kacang jogo dinamakan Kidney beans.
Manfaat Tanaman Buncis
- Peningkatan produksi buncis mempunyai arti penting dalam menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdaya guna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah.
- Buncis merupakan sumber protein nabati yang sangat penting dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan C.
- Khasiat buncis adalah mampu melancarkan sistem pencernaan.
- Mencegah konstipasi.
- Menstimulasi sistem kekebalan tubuh secara alami.
- Menetralkan gula darah.
- Mengobati tukak lambung.
- Mencegah kanker usus besar dan mampu memperkecil resiko terkena kanker ganas.
Syarat Pertumbuhan
Iklim
- Tanah yang cocok bagi tanaman buncis banyak terdapat di daerah yang mempunyai iklim basah sampai kering dengan ketinggian yang bervariasi.
- Tanaman buncis tidak membutuhkan curah hujan yang khusus, hanya ditanam di daerah dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun.
- Umumnya tanaman buncis memerlukan cahaya matahari yang banyak atau sekitar 400-800 feetcandles. Yang berarti tanaman buncis tidak memerlukan naungan.
- Suhu udara ideal bagi pertumbuhan buncis adalah 20-25°C. Pada suhu < 20°C, proses fotosintesis terganggu, sehingga pertumbuhan terhambat, jumlah polong menjadi sedikit. Pada suhu 25°C banyak polong hampa (sebab proses pernafasan lebih besar dari pada proses fotosintesis), sehingga energi yang dihasilkan lebih banyak untuk pernapasan dari pada untuk pengisian polong.
- Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis ± 55% (sedang). Perkiraan dari kondisi tersebut dapat dilihat bila pertanaman sangat rimbun, dapat dipastikan kelembapannya cukup tinggi.
Media Tanam
- Jenis tanah yang cocok untuk tanaman buncis adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun, berwarna hitam, bahan organiknya tinggi, berstektur lempung hingga debu, remah, gembur dan permeabilitasnya sedang. Tanah regosol berwarna kelabu, coklat dan kuning, berstektur pasir sampai berbutir tunggal dan permeabel.
- Sifat-sifat tanah yang baik untuk buncis: gembur, remah, subur dan keasaman (pH) 5,5-6. Sedangkan yang ditanam pada tanah pH < 5,5 akan terganggu pertumbuhannya (pada pH rendah terjadi gangguan penyerapan unsur hara). Beberapa unsur hara yang dapat menjadi racun bagi tanaman antara lain: aluminium, besi dan mangan.
Ketinggian Tempat
Tanaman buncis tumbuh baik di dataran tinggi, pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk ditanam pada daerah dengan ketinggian antara 300-600 meter. Beberapa varietas buncis tipe tegak seperti Monel, Richgreen, Spurt, FLO, Strike dan Farmers Early dapat ditanam di dataran rendah pada ketinggian antara 200-300 m dpl.
Teknis Budidaya Pembibitan
-
Persyaratan Benih atau Bibit
Benih yang digunakan harus benar-benar benih yang baik, berasal dari pohon induk yang baik mempunyai daya tumbuh minimal 80-85%, bentuknya utuh, bernas, warna mengkilat, tidak bernoda coklat terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, serta bersih dari kotoran. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuhnya cepat dan merata, serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi tinggi.
-
Penyiapan Benih
Memilih benih yang baik agak sulit. Karena itu disarankan untuk membeli benih yang bersertifikat. Benih ini telah diuji coba oleh balai pengujian benih, sehingga dijamin kualitasnya. Apabila jumlah benih yang ada melebihi jumlah benih yang dibutuhkan. Maka dibutuhkan suatu penyimpanan dengan memberi suhu 18-20° C dengan kelembaban relatif 50-60 % dan Kandungan air benih sekitar 14% karena menentukan keawetan simpan benih. Bila persyaratan diatas terpenuhi maka daya simpan benih buncis dapat mencapai 3 tahun.
Teknis Pengolahan Media Tanam
- Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan adalah semua pekerjaan yang ditujukan pada tanah untuk menciptakan media tanam yang ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pembersihan rumput-rumputan (gulma) bermaksud agar tidak terjadi persaingan makanan dengan tanaman pokoknya. Cara membersihkannya dapat secara manual, yaitu dengan jalan mencabut gulma dengan tangan, cangkul, cetok atau traktor. Sedangkan cara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida.
Pemberantasan hama dapat dilakukan dengan dengan bantuan bakteri EM yang berasal dari pupuk cair organik. Setelah bersih dari gulma, Tanah dibajak dan dicangkul 1-2 kali sedalam 20-30 cm. Untuk tanah-tanah berat pencangkulan dilakukan dua kali dengan jangka waktu 2-3 minggu, untuk tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan sekali saja.
- Pembuatan Bedengan
Membuat bedengan dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm, selain sebagai jalan juga untuk saluran pembuangan air (drainase). Untuk tanah pekarangan, dibuat guludan tanah selebar 20 cm, panjang 5 meter, tinggi 10-15 cm dan jarak antar guludan 70 cm.
- Pengapuran
Umumnya tanah di Indonesia bersifat asam (pH <7). Untuk menaikan pH tersebut diperlukan pengapuran, menggunakan batu kapur kalsit, gips, kadolomite, atau batu kapur talk. Dosis untuk menaikan pH sebesar 0,1 sebesar 480 kg/ha. Pemberian kapur sebaiknya dilakukan 2-3 minggu sebelum penanaman, dengan cara sebagai berikut:
- Tanah digemburkan dengan mencakulnya.
- Kapur disebar merata.
- Tanah dicangkul kembali agar kapur dapat bercampur dengan tanah secara merata.
- Pemupukan
Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang atau kompos sebanyak 15-20 kg/10 m2 atau kira-kira 3 kaleng penuh bekas minyak tanah. Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur, airasi dan drainase lebih baik. Cara menempatkan pupuk kandang maupun pupuk organik ialah dengan menaburkan disepanjang larikan. Saat pemberian pupuk dasar, dapat juga dilakukan pemberian pestisida organik untuk nematoda. Nematoda Meloidogyne sp. sering menyerang buncis.
Cara Menanam Buncis
Air yang dibutuhkan buncis hanya secukupnya, sehingga saat menanam yang paling baik yaitu saat peralihan. Hal ini sangat cocok untuk fase pertumbuhan buncis, dan fase pengisian serta pemasakkan polong. Pada fase ini di khawatirkan akan terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujannya terlalu tinggi. Untuk mengatasi curah hujan yang terlalu tinggi dapat dibuat saluran-saluran drainase, ini kalau penanamannya dilakukan pada musim hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau perlu dilakukan penyiraman sesering mungkin terutama pada saat awal perkecambahan.
Penentuan Pola Tanam
Tanaman buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit daripada jarak antar barisan tanamannya. Dengan pola tanam barisan akan mempermudah pekerjaan selanjutnya, seperti pemeliharaan, pengairan, pemupukan, pembumbunan dan panen.
Jarak tanaman yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau tanah miring. Dan bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya gulma, karena gulma akan lebih cepat tumbuh pada tanah yang subur. Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara dan cahaya matahari.
Pembuatan Lubang Tanam
Setelah menentukan jarak tanam, kemudian membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam itu lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, penggaris atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut juga ditugal. Kedalaman tugal 4-6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur, sedangkan untuk tanah liat dapat digunakan ukuran 2-4 cm. Hal ini disebabkan pada tanah liat kandungan airnya cukup banyak, sehingga dikhawatirkan benih akan busuk sebelum mampu berkecambah.
Penanaman Buncis
Tanaman buncis tidak memerlukan persemaian karena termasuk tanaman yang sukar dipindahkan, sehingga benih buncis dapat langsung ditanam di lahan/kebun. Tiap lubang tanam dapat diisi 2-3 butir benih. Setelah itu lubang tanam ditutup dengan tanah.
Pemeliharaan Tanaman Buncis
- Penyulaman
berikutnya Biji buncis dapat tumbuh setelah lima hari sejak tanam, benih yang tidak tumbuh harus segera diganti (disulam) dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10 hari setelah tanam, agar pertumbuhan bibit-bibit tidak berbeda jauh dan memudahkan pemeliharaan.
- Pengguludan
Peninggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur lebih 20 dan 40 hari. Lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari peninggian guludan adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman dan memelihara struktur tanah.
- Pemangkasan
Untuk memperbanyak ranting-ranting agar diperoleh buah yang banyak, tanaman buncis perlu dipangkas. Pemangkasan sebatas pembentukan sulurnya. Pelaksanaan pemangkasan dilakukan bila tanaman telah berumur 2 dan 5 minggu. Pemang-kasan juga dimaksudkan untuk mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga dapat menghambat perkembangan hama penyakit. Pucuk-pucuk tanaman hasil pangkasan dapat digunakan sebagai sayuran.
- Pemupukan
Tindakan pemupukan pada tanaman buncis perlu dilakukan dengan alasan hara tanaman yang disediakan oleh tanaman dalam jumlah yang terbatas. Sewaktu-waktu zat hara akan berkurang karena tercuci kadalm lapisan tanah, terbawa erosi bersama larutan tanah, hilang melalui proses evaporasi (penguapan), dan diserap oleh tanaman.
Apabila keadaan tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya perbaikan, maka makin lama persediaan hara dalam tanah makin berkurang sehingga tanaman tumbuhnya merana. Untuk mencukupi kebutuhan hara tersebut, perlu tambahan dari luar melalui pemupukan. Diharapkan dengan pemupukan akan mengembalikan dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah, sehingga tanaman akan tumbuh subur dan produksinya akan melimpah.
Pemupukan ini dapat dilakukan pada umur 14-21 hari setelah tanam, Pupuk yang diberikan hanyalah Urea sebanyak 200 kg / ha, caranya cukup ditugal kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu ditutup kembali dengan tugal atau diinjak dengan kaki.
- Pengairan
Air yang diberikan alam sangat terbatas dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Untuk itu, diperlukan pengaturan pengairan. Biasanya pengairan dilakukan bila penanamannya dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada umur 1-15 hari. Pelaksanaannya dilakukan 2 kali sehari, setiap pagi dan sore. Bila penanamannya dilakukan pada musim hujan, yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat di antara bedengan atau guludan.
- Pemasangan Turus atau Lanjaran
Untuk tanaman buncis tipe merambat perlu diberi turus atau lanjaran, supaya pertumbuhannya dapat lebih baik. Biasanya turus atau lanjaran ini dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm. Turus tersebut ditancap didekat tanaman. Setiap dua batang turus yang berhadapan diikat menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih kokoh. Pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan dengan peninggian guludan yang pertama, yaitu pada tanaman berumur 20 hari.
Hama dan Penyakit pada Tanaman Buncis
-
Hama
- Kumbang daun
Penyebab: kumbang Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering disebut kumbang daun epilachna yang termasuk famili Curculionadae. Gejala: daun terlihatan berlubang bahkan kadang tinggal kerangka atau tulang daunnya saja. Tanaman menjadi kerdil dan polongnya kecil. Pengendalian: bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka dapat langsung dibunuh dengan tangan. Disemprotkan dengan insektisida Lannate 25 WP, dengan konsentrasi 1,5-3 cc/l air atau 300-6001 larutan setiap hektar.
- Penggerek daun
Penyebab: ulat Etiella zinckenella yang termasuk dalam famili Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis. Gejala: polong yang masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Akan tetapi, Kerusakan ini tidak sampai mematikan tanaman buncis. Pengendalian: Dilakukan dengan tanam serentak, usahakan pula tidak ada tanaman inang disekitar tanaman buncis, misalnya tanman orok-orok perlu juga dilakukan penyemprotan dengan insektisida (yang dicampur dengan bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto).
- Lalat kacang
Penyebab: lalat Agromyza phaseoli yang termasuk dalam famili Agromyzidae. Lalat betina dan jantan mempunyai ukuran yang berbeda. Lalat betina mempunyai panjang tubuh kurang lebih 2,2 mm, sedang yang jantan hanya 1,9 mm. Gejala: daun berlubang dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Gejala lebih lanjut berupa pangkal batang yang membengkok atau pecah.
Kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Apabila tidak mengalami kematian, maka tumbuhnya kerdil, sehingga produksinya sedikit. Pengendalian: Setelah biji buncis ditanam sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami daun pisang. Penanaman dilakukan secara serentak. Bila tanaman sudah terserang secara berat, maka segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam tanah. Namun, apabila serangan masih kecil, disarankan agar menggunakan insektisida.
- Kutu daun
Penyebab: Aphis gossypii, yang termasuk dalam famili Aphididae. Sifatnya polibag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan segala tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning coklat.
Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan batang memutar (memilin), daun menjadi keriting dan berwarna kuning. Pengendalian: Secara alami, yaitu dengan cara memasukkan musuh alaminya, antara lain lembing, lalat dan jenis Coccinellidae. Menggunakan insektisida Orthene 75 Sp.
- Ulat jengkal semu
Penyebab: ulat jengkal semu. Ada dua dua spesies yang terdapat diperkebunan buncis, yaitu Plusia signata (Phytometra signata) dan P. chalcites. Keduanya termasuk kedalam famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda. Gejala: dibawah daun terdapat telur yang bergerombol.
Setelah menetas ulatnya akan memakan daun-daun baik yang muda maupun yang tua. daun berlubang, tanaman menjadi kerdil. Pengendalian: Secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu atau Sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma – gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut. Penyemprotan dengan insektisida Hotathion 40Ec.
- Ulat penggulung daun
Penyebab: ulat Lamprosema indicata dan L. diemenalis, keduanya termasuk dalam famili Pyralidae. Gejala: daun terlihat seperti menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh benang sutra dan kotoran. Polongnya sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun juga tampak berlubang bekas gigitan dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis hanya tinggal urat-uratnya saja. Pengendalian: Membuang dan membakar daun yang telah terkangkit. Penyemprotan Insektisida Azodrin 15 WSC.
-
Penyakit
- Penyakit antraknosa
Penyebab: cendawan Colletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili Melanconiaccae. Gejala: Bercak hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua. Polong Buncis muda terdapat bercak-bercak kecil dengan bagian tepi warna coklat karat dengan warna kenerah-merahan. Bentuknya tidak beraturan antara yang satu dengan yang lain, bila udara lembab akan terdapat spora yang berwarna kemerah-merahan.
Pengendalian: pergiliran tanaman, maksudnya untuk memotong siklus hidup cendawan tersebut. Sebaiknya dipilih bibit yang benar-benar bebas dari penyakit (merendam benih dalam fungisida Agrosid 50SD sebelum ditanam). Dengan penyemperotan pestisida organik (fungisida Delsene Mx200, konsentrasi 1-2 gr/lt air, Juga bisa dengan fingisida Velimek 80WP dengan konsentrasi 2-2,5gr/lt air).
- Penyakit embun tepung
Penyebab: cendawan Erysiphe polygoni, yang termasuk dalam famili Erysiphaceae. Gejala: daun, batang, bunga dan buah berwarna putih keabuan (seperti beludru). Apabila serangan pada bunga ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun bila gagal serangannya berat akan dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati.
Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur, tetapi akan meninggalkan bekas berwarna cokelat surat sehingga kualitasnya menurun. Pengendalian: Bagian-bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau dibakar. Disemprot dengan pestisida organik (fungisida Morestan 25WP, konsentrasinya 0,5 – 1 gr/lt air dan volume larutan 1.000 lt/ha). Atau dapat juga dilakukan penghembusasn dengan tepung belerang.
- Penyakit layu
Penyebab: bakteri Pseudomonas sollanacearum. Bakteri ini termasuk dalam famili pseudomonadeceae. Dan disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum, termasuk dalam famil Stilbellaceae. Gejala: tanaman akan terlihat layu, kuning dan kerdil. Bila batang tanaman yang terserang dipotong melintang, maka akan terlihat warna cokelat atau dipijat akan keluar lendir berwarna putih. Kadang-kadang warna cokelat ini bisa sampai ke daun. Akar yang sakit juga berwarna cokelat.
Dan bila batang yang terserang dipijit tidak mengeluarkan lendir. Pengendalian: Penyiraman tanaman dengan air yang bebas dari penyakit. Dengan rotasi tanaman selama 2 tahun, bila hendak membuat persemaian lebih baik tanah disterilisasi dulu dengan air panas 100° C. Penyemprotan dengan fungsida Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5-1 g/liter air. Dan Untuk mengendalikan cendawan ini dapat digunakan campuran jelatang, kapur, kelor, mulsa daun bambu (pestisi organik) ini disemprotkan pada semua batang merata.
- Penyakit bercak daun
Penyebab: cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, manusia dan lain-lain. Gejala: Daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuningan. Lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning.
Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu berguguran. Bila sampai menyerang polong, maka polong berbercak kelabu dan biji yang terbentuk kurang padat dan ringan. Pengendalian: Sebelum ditanam benih buncis direndam air panas dengan suhu 48°C selama 30 menit, bilas dengan air dingin dan keringkan. Penyemprotan diulang dengan selang waktu 5-15 hari menggunakan Baycor 300EC, konsentrasi 0,5 – 1 lt/ha. Bisa juga menggunakan Bayleton 250EC, konsentrasi 0,25-0,5 lt/ha.
- Penyakit hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris dari famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20 derajat C dan suhu optimum 30 derajat C. Hidupnya bisa bertahan beberapa tahun di dalam biji, tanah dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Gejala: Pertama-tama terlihat bercak kuning di bagian tepi daun, kemudian meluas menuju tulang daun tengah.
Daun terlihat layu, kering dan berwarna cokelat kekuningan. Bila serangannya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Kemudian gejala tersebut dapat meluas ke batang, sehingga lama-kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian: Dengan cara memilih benih yang berkwalitas baik. Perendaman benih dalam Sublimat dengan dosis 1gr /Lt air selama 30 menit.
- Penyakit busuk lunak
Penyebab: bakteri Erwinia carotopora, termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini hanya menyerang bila ada bagian tanaman yang luka, misalnya gigitan ulat atau memang sudah sakit karena penyakit lain. Serangan ini dapat terjadi di lapangan atau di penyimpanan.
Gejala: Daun berbercak, berair dan warnanya menjadi kecokelatan. Gejala ini cepat menjalar ke seluruh bagian tanaman sehingga tanaman menjadi lunak, berlendir dan berbau busuk. Pengendalian: Membakar dan membuang tanaman yang telah terjangkit penyakit. Penyemprotan dapat dilakukan setiap 7-10 hari sekali menggunakan Cupravit OB-21, dengan konsentrasi 4gr/lt air, Delsene Mx200, konsentrasi 2-4 gr/lt air.
- Penyakit karat
Penyebab: cendawan Uromyces appendiculatus, termasuk dalam ordo Uredinales. Cendawan ini masih dapat bertahan pada bagian tanaman yang sakit walaupun iklimnya kering. Serangan akan kembali menghebat pada musim hujan. Penyebarannya dapat melalui hembusan angin, percikan atau aliran air, serangga maupun terbawa dalam pengangkutan bibit-bibit tanaman di daerah lain.
Gejala: Pada jaringan daun terdapat bintik-bintik kecil berwarna cokelat baik dipermukaan daun sebelah atas maupun bawah dan biasanya dikelilingi oleh jaringan khlorosis. Pada varietes yang tahan, gejalanya hanya berupa bintik-bintik cokelat saja. Pengendalian: Menanam bibit buncis yang tahan terhadap penyakit karat, yaitu manoa wonder. Mencabut dan membakar tanaman yang telah terjangkit. Menggunakan pestisida organik Penyemprotannya dilakukan bila intensitas serangan mencapai 10% dengan selang waktu 7 hari.
- Penyakit Damping Off
Penyebab: cendawan Phytium sp, termasuk dalam famili Phytiaceae. Penularannya dapat melalui tanah maupun biji. Serangannya akan sangat hebat bila suhu dan kelembaban udara cukup tinggi. Gejala: Bagian batang yang terletak di bawah keping biji (hipokotil) berwarna putih pucat karena mengalami kerusakan klorofil.
Akibatnya terjadi nekrosa secara cepat, jaringan yang berada di atas tanah menjadi mengkerut dan mengecil sehingga batang tidak kuat lagi menyangga kotiledon dan kemudian tanaman menjadi roboh. Pengendalian: Menyiram tanaman denga nair yang bebas penyakit. Bisa juga menggunakan Antracol 70WP, konsentrasi 2gr/lt air, volume larutan 600-800 lt/ha.
- Penyakit ujung keriting
Penyebab: virus mosaik keriting, yang penularannya biasanya melalui vektor serangga yaitu sejenis kutu loncat dari famili Yassidae. Dari tingkat muda sampai dewasa, kutu ini dapat menjadi pembawa (carrier) virus tersebut. Gejala:
Daun muda menjadi keriting dan berwarna kuning, sedangkan daun tua menggulung atau memilin. Biasanya daun terasa lebih kaku, tangkai daun mengeriting ke bawah dan batang tidak normal. Tanaman muda yang terserang menjadi kerdil. Pengendalian: Menanam bibit yang tahan penyakit seperti spurt dan strike. Mencabut dan membakar tanaman yang telah terserang penyakit. Melakukan penyemprotan pestisida organik.
Panen
-
Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman berumur 60 hari dan polong memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
- Warna polong agak muda dan suram.
- Permukaan kulitnya agak kasar.
- Biji dalam polong belum menonjol.
- Bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup.
- Polong buncis bisa dipanen normal setelah panjangnya mencapai 12 cm, namun daging polongnya masih lunak dan bijinya belum terbentuk. Buncis ukuran normal ini akan diserap oleh pasar tardisional.
Syarat Buncis Ekspor
Kriteria Baby Greenbean untuk konsumen eksklusif luar negeri di antaranya ialah, kualitas prima, kondisi segar, bobot rata (sama) antara 5 – 10 gram, panjang 10 – 15 cm, diameter 0,2 – 0,5 cm, usia dari bunga sampai jadi buah tidak lebih dari 7 – 10 hari panen baby buncis menuntut ukuran yang benar-benar akurat. Panen harus dilakukan duakali sehari. Sebab buncis yang pagi hari ukurannya belum mencapai 6 cm. harus dipanen pada sore hari. Kalau panen ditunda keesokan harinya, maka ukuran buncis sudah akan lebih dari 7 cm. hingga tidak layak panen. Untuk itu, para pemanen harus menggunakan ukuran yang akurat.
-
Cara Panen
Dalam menentukan saat panen harus setepat mungkin sebab bila sampai terlambat memetiknya beberapa hari saja maka polong bincis dapat terserang penyakit bercak Cercospora. Penyakit tersebut sebenarnya hanya menyerang daun dan bagian tanaman lainnya, tetapi karena saat pemetikan yang terlambat maka penyakit tersebut berkembang sampai ke polong-polongnya.
Cara panen yang dilakukan biasanya dengan cara dipetik dengan tangan. Penggunaan alat seperti pisau atau benda tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan luka pada polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri dapat masuk kedalam jaringan, sehingga kualitas polong menurun.
-
Periode Panen
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam tingkat kemasakannya dan untuk menjaga kualitas agar buncis yang dipanen tidak dalam kondisi yang terlalu tua. Karena, untuk panen buncis super ini diperlukan kedisiplinan waktu. Jika hal ini diabaikan, kemungkinan hasilnya tidak akan diterima oleh pasar luar negeri. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur lebih dari 80 hari, atau kira-kira sejumlah 7 kali panen.
-
Prakiraan Produksi
Bila dalam pelaksanaan budidaya tanaman buncis sudah baik, artinya sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas maka produksi perhektar dapat mencapai 150 kuintal polong segar. Selain itu, industri pengalengan buncis juga menuntut panen pada umur dini. Secara ekonomis, petani akan mengalami kerugian apabila memanen buncisnya ketika ukurannya masih 6 sd. 7 cm. Sebab bobot hasil panen baby buncis, hanya seperempat dari panen normal. Sementara biaya panen, justru lebih tinggi dari buncis normal.
Pascapanen
- Sortir
Sortasi meliputi kegiatan-kegiatan membuang atau memisahkan hasil berdasarkan kualitas dan mengadakan klarifikasinya. Polong buncis yang cacat akibat serangan hama dan penyakit, polong yang tua maupun polong yang patah akibat panen yang kurang baik, semuanya kita pisahkan. Polong-polong yang demikian hanya akan mengurangi nilai pasar dan nilai beli dari komoditi tersebut.
Proses sortasi ini biasanya dilakukan ditempat-tempat pengumpulan yang diletakkan tidak jauh dari lahan pertanian. Tempat dilakukannya sortasi ini harus cukup terlindung, supaya hasil yang baru dipanen tidak lekas menjadi layu. Di negara-negara maju, panen baby buncis atau buncis normal, dilakukan dengan seleksi yang sangat ketat. Selama musim panen, tanaman sama sekali tidakboleh disemprot pestisida. Sebab polong yang dipetik, akan langsung ditata rapi dalam keranjang.
- Penyimpanan
Buncis termasuk sejenis sayuran yang tidak tahan disimpan lama dalam keadaan segar, cepat rusak atau busuk sehingga disebut sebagai perishable food. Hal ini terjadi karena setelah dipanen masih terjadi respirasi dan transpirasi sehingga lama kelamaan komoditi ini mengalami kemunduran (deterioration). Dengan kemunduran tersebut menyebabkan komoditi menjadi lebih peka terhadap serangan jasad renik sehingga komoditi menjadi rendah mutunya dan akhirnya membusuk.
Mengingat sifat buncis tersebut maka diperlukan penyimpanan khusus bila buncis tidak langsung dikonsumsi. Cara penyimpanan yang biasa dilakukan adalah sistem refrigarasi (pendinginan), dengan suhu 0-4,4 derajat C dan kelembaban 85-90%. Pada keadaan yang demikian, maka umur kesegaran buncis bisa mencapai 2-4 minggu. Ruangan penyimpanan diusahakan agar udara segar dapat beredar dan selalu berganti.
Yang menjadi masalah adalah, masih ada sebagian orang yang beranggapan bahwa dengan suhu dan kelembaban yang lebih rendah lagi akan menghasilkanumur kesegaran yang lebih lama pula. Padahal pendapat ini kurang benar pula. Penyimpanan pada suhu yang lebih rendah dengan suhu yang dianjurkan memberikan hasil yang sama, sedangkan kelembaban yang terlampau rendah, akan menyebabkan komoditi menjadi cepat layu.
Pengepakkan atau Pengemasan
Pada umumnya pengepakkan buncis dilakukan dengan menggunakan karung goni. Untuk pengiriman jarak jauh ke luar negri lebih baik menggunakan peti kayu, ukuran dan bentuknya sebaiknya seragam supaya kelihatan rapi. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat alat mengepak yaitu harus mempunyai lubang angin untuk memungkinkan pergantian udara di dalam pengepak dan mudah diangkut oleh satu orang.
Setelah dilakukan pengepakan, maka jangan lupa menuliskan nama pengusaha, nama komoditi, serta keterangan lain yang dibutuhkan pada alat pengepak. Kebiasan buruk berupa pemberian kode nama pemilik hendaknya dihilangkan, sebab yang mengenal kode tersebut hanya perwakilan si pengusaha atau pedagang itu sendiri. Dengan pengepakan yang baik, banyak keuntungan yang diperoleh, antara lain dalam pengangkutan, komoditi akan terlindung dari kerusakan fisik, mudah dalam penghitungannya dan mudah dalam penyusunan baik di dalam alat pengangkut maupun di dalam gudang penyimpanan.
Biasanya pengangkutan hasil panen dilakukan sesuai dengan tujuan pengirimnya. Pengangkutan dengan volume kecil dan ditujukan kepedagang-pedagang setempat dapat dilakukan dengan tenaga manusia, hewan atau kendaran bermotor. Pengangkutan dalam jarak jauh dengan volume yang lebih besar dapat menggunakan kapal, kereta api, atau pesawat terbang. Dalam memilih alat pengangkutan ini, yang penting adalah kelancaran atau cepatnya sampai tujuan dan dipilih yang biayanya murah. Selain itu alat tersebut harus bebas dari bau-bauan karena dapat meresap ke dalam hasil yang diangkut.
Dalam menyusun karung maupun peti harus teratur, terutama yang menyangkut letak dan tinggi susunan. Letak susunan karung hendaknya diberi antara sehingga peredaran udara akan lebih leluasa. Tinggi susunan juga diperhatikan, jangan sampai karung atau peti paling bawah rusak karena terkena beban yang terlalu berat. Agar komoditi tidak cepat rusak maka sebaiknya didalam alat pengangkut diberi pendingin terutama untuk angkutan jarak jauh.
Pengepakan untuk Konsumen
Umumnya konsumen menghendaki buncis dalam keadaan segar, bersih, sehat dan mempunyai ukuran yang sama. Untuk itu diperlukan pengepakan lagi sebelum sampai kekonsumen. Pengepakan ini telah dilakukan oleh produsen yang memasok buncis kepasar swalayan. Tiap pak mempunyai berat sekitar 1-1,5 kg dan berisi buncis yang seragam ukurannya.
Demikian penjelasan artikel diatas tentang Menanam Buncis – Analisis, Pupuk, Klasifikasi Dan Harga Bibit semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia Lahan.Co.Id