Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia
Tahun 2008 merupakan tahun yang sangat sulit bagi rakyat indonesia, salah satunya petani kelapa sawit oleh karena itu, Pemerintah meminta para pengusaha atau eksportir minyak sawit mentah (CPO) berbagi untung dengan petani kelapa sawit ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah.
Krisis yang terjadi di amerika membawa malapetaka bagi negara-negara berkembang, di indonesia sendiri dampak dari krisis itu sangat terasa sehingga membuat rakyat menjerit, di antaranya petani kelapa sawit yang pada 6 bulan sebelumnya bisa bersenang-senang, tapi kini mereka menangis akibat harga TBS (Tandan Buah Segar) per-kilonya turun drastis, bahkan di beberapa provinsi di pulau sumatra terutama provinsi jambi banyak buah sawit yang busuk karna tidak laku.
Lebih malangnya lagi, turun nya harga TBS tidak di sertai dengan turunnya harga pupuk, sehingga membuat para petani pusing tujuh keliling karena pendapatan dari kebun kelapa sawit tidak dapat mencukupi keperluan tersebut.di sumatra utara dan sumatra barat harga TBS turun mencapai Rp 300, bahkan mencapai Rp 150 per-kilonya, sedangkan harga pupuk masih tinggi tidak sepadan dengan pendapatan kebun kelapa sawit.
Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor minyak ke negara-negara tetangga salah satunya minyak mentah yang dihasilkan dari kelapa sawit (CPO).
Artikel terkait : Pembibitan Kelapa Sawit
Perkembangan Kelapa Sawit Di Indonesia
Di indonesia luas lahan kelapa sawit setiap tahun meningkat seperti di daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi, Pada tahun 2000 sektor pertanian mampu menyumbang sebesar 23,31% dari total PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Tanjung Jabung barat.
Dari aspek ketersediaan sumber daya lahan, baik dalam bentuk luas areal maupun sebaran komoditi unggulan yang memiliki nilai kompetitif dan strategis yang mampu bersaing dengan komoditi dari daerah lain. Berdasarkan kajian dengan memperhatikan indikator-indikator.
- keterkaitan dengan sektor lain,
- peluang ekspor produk,
- jangkauan pasar,
- kandungan lokal,
- penyerapan tenaga kerja,
- peningkatan nilai tambah, dan
- dampak terhadap lingkungan,
Maka beberapa komoditi unggulan seperti perkebunan karet mengalami penurunan luas dari 20.024 ha tahun 2000 turun menjadi 19.118 ha tahun 2004, kelapa dari 58.624 ha turun menjadi 56.495 ha, hanya luas kebun kelapa sawit yang meningkat dari 40.647 ha tahun 2000 menjadi 54.065 ha tahun 2004. Namun dari aspek produksi mengalami peningkatan yaitu produksi karet tumbuh rata-rata sebesar 13,96%, kelapa sebesar 27,95% dan kelapa sawit sebesar 61,27%.
Perkembangan Kelapa Sawit di Sumatra Utara
Secara umum kondisi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara cukup berkembang dengan baik. Hal ini terbukti dengan terus bertambahnya areal perkebunan baik perkebunan rakyat, swasta asing, maupun nasional dan perkebunan negara (PTPN). Di wilayah Provinsi Sumatera Utara saat ini terdapat 3 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yakni PTPN II, III, dan IV.
Artikel Terkait : Penanaman Karet
Aspek Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit
Dalam perekonomian Indonesia, komoditas kelapa sawit memegang peran yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cukup cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai diseluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan Masyarakat.
Pemerintah Indonesia dewasa ini telah bertekad untuk menjadikan komoditas kelapa sawit sebagai salah satu industri non migas yang handal. Bagi Pemerintah Daerah komoditas kelapa sawit memegang peran yang cukup penting sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) selain itu membuka peluang kerja yang besar bagi Masyarakat setempat yang berada disekitar lokasi perkebunan yang dengan sendirinya akan meningkatkan kesejahteraan Masyarakat.
Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kalimantan Tengah tercatat 14 jenis tanaman, dengan karet dan kelapa sebagai tanaman utama perkebunan rakyat, dan kelapa sawit sebagai komoditi utama perkebunan besar yang dikelola oleh pengusaha perkebunan baik sebagai Perkebunan Besar Swasta Nasional/Asing ataupun PIR-Bun (perusahaan inti rakyat perkebunan) dan KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya).
Dampak Negatif dan Positif Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit
Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain adalah meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan devisa negara, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri.
Selain dampak positif ternyata juga memberikan dampak negatif. Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan hewan. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya sejumlah sumber air, sehingga memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorong terjadinya bencana alam.
Secara sosial juga sering menimbulkan terjadinya konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar baik yang disebabkan oleh konflik kepemilikan lahan atau karena limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit merupakan salah satu bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah tidak dilakukan secara baik dan profesional, mengingat industri kelapa sawit merupakan industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan.
Artikel Terkait : Potensi Perkebunan Di Indonesia
Demikian penjelasan artikel diatas tentang Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia Lahan.Co.Id