Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan. Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pebibitan dua tahap artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar (Dalimunthe, 2009).


Pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika menggunakan pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009).


Pembibitan Awal (Prenursery)

Pembibitan awal (prenursery) adalah tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan dipelihara hingga berumur tiga bulan. Selanjutnya, bibit tersebut dilakukan selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan main nursery selama 10-12 bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan di prenursery dan 9-11 bulan di main nursery) (Sunarko, 2009).


Persyaratan Lokasi

Lokasi untuk pembibitan awal sebaiknya datar atau kemiringan tanah 30sehingga pembuatan bedengan prenursery nantinya akan rata. Bagian atas bedengan sebaiknya memiliki naungan, berupa atap buatan atau pohon. Pagar prenursery untuk mencegah hewan pengganggu masuk dan merusak pembibitan. Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air. Kondisi debit air harus tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral). Lokasi harus dekat sumber media dengan topsoil yang cukup untuk mengisibabybag (polibag kecil), tanah tidak bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan yang mudah dijangkau (Fauzi, 2007).


Artikel Lain : Penanaman Karet


Pemesanan Kecambah

Seleksi dilakukan dengan memilih penggunaan kecambah yang baik dan dapat mencukupi kebutuhan. Satu hektar lahan tanaman dengan populasi 143 pohon membutuhkan kecambah 220 biji dengan asumsi kecambah yang mati dan abnormal sekitar 25% untuk kebutuhan penyulaman sekitar 10%. Waktu pemesanan kecambah diatur agar kecambah sudah tertanam di babybag prenursery 13-14 bulan sebelum penanaman di lapangan (Steko, 2010).


Polibag kecil yang digunakan sebaiknya berwarna hitam, jika terpaksa bisa menggunakan polibag kecil berwarna putih. Polibag berukuran panjang 14 cm, lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. Selain itu, bisa juga menggunakan babybag hitam dengan ukuran14 x 22 x 0,07 cm (200 lembar/kg) media tanam yang digunakan berupa campuran topsoil dan kompos dengan perbandingan 6:1 atau campuran pasir, pupuk kandang, dan topsoil dengan komposisi 1:1:3. Bedengan pembibitan prenursery dibuat dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter. Tinggi bedengan berkisar 0,1-0,15 meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter. Satu petak prenursery tanki siram 1.000 liter dapat mencukupi penyiraman 700-800 babybag kecambah (Subiantoro, 2003).


Penanaman Kecambah

Letakkan kecambah di tempat yang teduh, kemudian segera tanam ke dalambaybag. Kecambah hanya dapat bertahan 3-5 hari di tempat penghasil kecambah. Dua hari menjelang penanaman kecambah, media tanam yang berada di dalam babybagharus disiram setiap pagi. Gemburkan permukaan media dengan jari telunjuk atau dengan ibu jari, kemudian buat lubang untuk meletakkan kecambah. Masukkan kecambah sedalam 1,5-2 cm di bawah permukaan tanah, lalu ratakan kembali hingga menutup kecambah tersebut. Bagian bakal akar (radikula) yang berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning harus mengarah ke bawah dan bakal daun (plumula) yang bentuknya agak tajam dan berwarna kuning muda mengarah ke atas (Subiantoro, 2003).


Naungan

Naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun 2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari arah timur agar sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan. Pengurangan naungan dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat karena dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan terlalu cepat maka akan menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu (Sunarko, 2009).


Penyiraman dan Penyiangan

Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur, yakni pada pagi hari saat pukul 06.00-10.30 dan sore hari dimulai pukul 15.00. Volume air yang disiramkan sekitar 0,25-0,5 liter per bibit. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh di babybag menggunakan tangan. Penyiangan sebaiknya dilaksanakan dua minggu sekali. Rumput dikumpulkan di antara bedengan agar kering terkena sinar matahari (Sunarko, 2009).


Pemupukan Kelapa Sawit

Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan seminggu sekali (Sunarko, 2009).


Artikel Lain : Bokashi Cair


Proteksi dan Seleksi

Serangan hama dan penyakit selama di prenursery biasanya belum ada. Jika ada, dapat diberantas dengan diambil menggunakan tangan (hand picking). Serangan penyakit yang berasal dari sejenis jamur dapat dikendalikan dengan fungisida yang banyak dijual di pasaran, seperti Dithane, Sevin, dan Anthio dengan dosis sesuai yang dianjurkan (Sunarko, 2009).


Seleksi dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke main nursery. Seleksi bibit diprenursery bertujuan untuk mencari bibit yang menyimpang. Bibit menyimpang dapat diakibatkan oleh faktor genetis, kerusakan mekanis, serangan hama dan penyakit, serta kesalahan kultur teknis. Saat berumur tiga bulan, bibit kelapa sawit yang normal biasanya berdaun 3-4 helai dan telah sempurna bentuknya. Pengurangan bibit sejak kecambah diterima hingga dipindahkan ke main nursery dapat mencapai 12% atau lebih. Bibit yang mati terlebih dahulu harus dikeluarkan, kemudian bibit yang tidak normal harus dimusnahkan. Ciri bibit kelapa sawit tidak normal sebagai berikut.


  1. Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow leaves)
  2. Anak daunnya bergulung kearah longitudinal (rolled leaves)
  3. Pertumbuhan bibit memanjang (erreted), terputar (twisted shoot), tumbuh kerdil, lemah, dan lambat (insufficient growth, dwarfish)
  4. Daunnya kusut (crinkled), anak daun tidak mengembang, membulat, dan menguncup (collante)
  5. Rusak karena serangan penyakit tajuk (crown disease)

Pertumbuhan bibit yang tidak normal juga terjadi karena kesalahan kultur teknis. Berikut beberapa kesalahan teknis penanaman yang menyebabkan bibit tumbuh abnormal (Sunarko, 2009).

  1. Penanaman kecambah terbalik, bakal daun ditanam ke arah bawah.
  2. Kecambah ditanam terlalu dalam sehingga pertumbuhan terlambat atau terlalu dangkal sehingga akar menggantung.
  3. Tanah mengandung bebatuan (tidak disaring), sehingga menggangu akar
  4. Tanah terlalu basah, karena air tidak terbuang dari kantong plastik atau penyiraman tidak sempurna (terlalu keras dan banyak atau terlalu sedikit).

Pengangkutan Bibit

Pengangkutan atau pengiriman bibit dari dari prenursery ke main nurserydengan memasukkan babybag ke dalam peti kayu berukuran 66,5 x 42 x 27,5 cm. Setiap peti kayu dapat memuat 35 bibit. Pengangkutan harus berhati-hati dan bibit harus segera ditanam di main nursery (Sunarko, 2009).


Artikel Terkait : Potensi Perkebunan Di Indonesia


Main Nursery

  • Penentuan Lokasi

Lokasi sebaiknya dekat atau berada di pinggir jalan besar, agar pengangkutan bibit dan pengawasannya lebih mudah. Lokasi harus bebas genangan atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Debit dan mutu air yang tersedia harus baik. Areal pembibitan sebisa mungkin rata atau memiliki kemiringan maksimum 5%, tempat terbuka atau tanah lapang dan lapisan tahah topsoil cukup tebal. Letak lokasimain nursery dekat dengan area yang ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit (Sunarko, 2009).


  • Luas, Lay Out, dan Pancang

Satu hektar pembibitan main nursery dapat menyediakan bibit untuk sekitar 50-60 hektar lahan penanaman. Setelah area diratakan menggunakan alat berat, sekaligus untuk mengambil topsoil, tentukan dan buat jaringan jalan, parit, dan saluran pembuangan air (drainase). Buat lay out petak atau bedengan memanjang dengan arah timur ke barat. Ukuran panjang dam lebarnya disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jaringan irigasinya (Sunarko, 2009).


  • Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi diperlukan sebagai sarana pengairan untuk menyiram bibit dimain nursery. Alat dan bahan untuk sistem penyiraman harus sudah terpasang dan siap pakai sebelum penanaman. Instalasi penyiraman di main nursery sebagai berikut:


  1. Secara manual, air dihisap dari sungai menggunakan pompa air dan dialirkan ke lokasi pembibitan melalui pipa dan selang.
  2. Sprinkler menggunakan pipa induk, pipa utama, dan pipa distribusi.
  3. Setiap sambungan dilengkapi stand pipes yang terpasng berdiri dan ujungnya dilengkapi dengan nozzle yang memancarkan air secara berputar.
  4. Setiap pipa distribusi memiliki 8-9 sprinkler yang berjarak 9-18 meter.
  5. Kebutuhan air sekitar 75 m3 /ha/hari, efisiensi 30-40% dengan pompa air berdaya pancar 45 psi. kekuatan pompa 18-20 horse power untuk 8 hektar pembibitan (Sunarko, 2009).

  • Penyiapan Polibag

Polibag yang digunakan sebaiknya berwarna hitam (100% carbon black) dengan panjang 42 cm, lebar 33 cm atau berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm. polibag diberi lubang berdiameter 0,5 cm sebanyak dua baris. Jarak antarlubang 7,5 x 7,5 cm. Media tanam bibit menggunakan topsoil yang memiliki struktur remah atau gembur. Jika terpaksa, gunakan topsoil yang berupa tanah liat.


Namun, media tersebut perlu dicampur dengan pasir kasar dengan perbandingan 3:2. Polibag diisi media tanam hingga penuh (sekitar 16 kg), lalu hentakkan tiga kali agar media tanam memadat. Pengisian polibag harus selesai dikerjakan dalam waktu dua minggu sebelum pemindahan dari prenursery(Sunarko, 2009).


Penanaman Kelapa Sawit

Sehari sebelum penanaman, media tanam dalam polibag harus disiram. Bibit dipindahkan dari prenursery setelah berdaun 2-3 helai dan berumur maksimum tiga bulan. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang di polibag seukuran dengan diameter babybag. Sayat babybag menggunakan pisau secara hati-hati dari bawah ke atas agar mudah dilepas dan media tidak sampai terikut.


Masukkan bibit beserta tanahnya ke dalam lubang, lalu atur agar posisinya tegak seperti semula. Tekan tanah disekeliling lubang agar lebih padat merata. Jika dirasa kurang, tambahkan tanah hingga sedikit melewati leher akar. Bagian atas polibag yang tidak diisi tanah setinggi 2-3 cm. Bagian ini memungkinkan sebagai tempat meletakkan pupuk, air, atau mulsa. Naungan sudah tidak diperlukan lagi di main nursery (Sunarko, 2009).


Artikel Lain : Konversi Lahan Adalah


Penyiraman dan Penyiangan

Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur dengan jumlah yang cukup. Jika musim kemarau, siram bibit dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Kebutuhan air penyiramann sebanyak 2 liter air/bibit/hari. Permukaan tanah harus ditutup dengan serasa organik (mulsa) untuk menghindari pemadatan permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan mengatur kelembapan tanah pada musim kemarau.


Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh dalam polibag, sekaligus menggemburkan tanah dengan cara menusukkan sepotong kayu. Penyiangan lahan pembibitan(diluar polibag) dilaksanakan secara clean weeding, yakni menggunakan garuk. Rotasi penyiangan 20-30 hari, tergantung dari pertumbuhan gulma (Sunarko, 2009).


Pemupukan Kelapa Sawit

Dosis dan jadwal pemupukan sangat tergantung pada umur dan pertumbuhan bibit. Di main nursery, lebih dianjurkan untuk menggunakan pupuk mejemuk N-P-K-Mg dengan komposisi 15-15-6-4 atau 12-12-17-2, serta ditambah Kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg).


Land Clearing Kelapa Sawit

  • Sistem Pembukaan Lahan

  • Manual

Terutama tenaga manusia, alat-alat sederhana, pemakaian   tenaga sangat banyak

  • Mekanis

Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8%). Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja traktor).


  • Chemis

Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu (untuk lalang). Pada daerah curah hujan tinggi kurang efektif. Dibutuhkan air untuk pelarut herbisida.

  1. Pilihan : tergantung pada keadaan lapangan, ketersediaan tenaga kerja, dana, alat-alat serta jadwal waktu penanaman yang ditargetkan. Dalam pelaksanaannya dapat menggunakan cara kombinasi.
  2. Larangan : Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak membenarkan melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan lahan.
  • Tahap Pekerjaan
  • Membabat / Imas
  1. Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm
  2. Menggunakan parang dan kampak
  3. Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah mungkin atau dekat dengan tanah
  4. Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun mekanis

  • Menumbang

Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur.

Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah :

sisa tunggul dari permukaan tanahKetentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :

  1. Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan
  2. Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar
  3. Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis)
  4. Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah minimum 6 bulan selesai pembuatan outlet dan main drain serta telah terjadi penurunan permukaan tanah.

Artikel Lain : Pupuk NPK


  • Merencek
  1. Memotong batang, cabang dan ranting
  2. Pedoman panjang potongan kayu :

Pedoman panjang potongan kayu


  • Merumpuk
  1. Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah dipotong menjadi barisan yang teratur
  2. Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang yang besar
  3. Jarak antar rumpukan 50 – 100 m.

  • Mekanismenya
  1. Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati
  2. Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran
  3. Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
  4. Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
  5. Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.

  • Membersihkan areal

Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di  jalur rumpukan secara sistem mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat.


  • Perun mekanis

Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat

  • Jenis alat berat untuk perun mekanis :

Jenis alat berat untuk perun mekanis


  • Pancang jalur rumpukan
  1. Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati
  2. Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran
  3. Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.

  • Pelaksanaan perun mekanis
  1. Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
  2. Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.

  • Cincang Jalur

Kegiatan yang dilakukan pada areal datar

  1. Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong kayu yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan
  2. Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara selatan harus bebas dari kayu
  3. Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan :
  4. Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2
  5. Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4
  6. Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m

  • Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit
  1. Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu yang melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur rumpukan
  2. Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan manajemen

  • Perhitungan Waktu

      Waktu untuk pembukaan lahan 3.000 – 5.000 ha :

  • Survey/mengukur areal                   : ± 1 bulan
  • Babat/imas                                         : 2 – 3 bulan
  • Menumbang                                       : 2 – 3 bulan
  • Merencek dan merumpuk               : 1 – 2 bulan
  • Membersihkan areal                         : 2 – 3 bulan
  • Pemberantasan lalang                       : 2 – 3 bulan
  • Jalan + saluran air                              : 2 – 3 bulan
  • Penanaman kacangan                        : 1 – 2 bulan
  • Memancang                                        : 2 bulan
  • Teras, benteng                                    : 2 – 3 bulan
  • Melubang                                            : ± 2 bulan
  • Menanam                                           : ± 2 bulan

Perencanaan dibuat dalam suatu barchart. Pembukaan lahan dilakukan saat musim kering dan penanaman kelapa sawit jatuh pada bulan basah/musim hujan. Perlu diingat bahwa tidak harus selalu menunggu suatu pekerjaan selesai dulu/dapat saling tumpang tindih.


  • Perhitungan Kebutuhan Traktor

Kapasitas traktor dengan beberapa implement

Kapasitas traktor dengan beberapa implementSumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

Kebutuhan traktor berdasarkan kapasitas tersebut diatas perlu dihitung sesuai dengan luas areal yang akan dibuka dan jumlah waktu yang tersedia.


  • Pedoman Pelaksanaan

  • Hutan Primer
  1. Cara yang digunakan : Manual atau mekanis
  2. Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer :

Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer

  1. HK : Hari Kerja
  2. JKT : Jam Kerja Traktor
  • Hutan Sekunder
  1. Cara yang digunakan : manual atau mekanis
  2. Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder :

Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunderSumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

  •  Semak Belukar
  1. Cara yang digunakan : manual atau mekanis
  2. Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar :

Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukarSumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)


Perawatan Kelapa Sawit

  • Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah kelompok umur dimana tanaman baru ditanam hingga panen untuk pertama kali. Tanaman kelapa sawit dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36 bulan. Pemeliharaan masa Tanaman Belum Menghasilkan merupakan lannjutan dan penyempurnaan pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas baik (Purba, 2008).


  • Penyulaman

Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi hekter +135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari, penyiagan tanah disekitar pohon harus bersih dari gulma (Anonim, 2011).

Lebih lanjut Hadi (2004) mengatakan bahwa teknik penyulaman yang dilakukan sama dengan penanaman bibit biasa, akan tetapi perlu ditekankan bahwa penyulaman hanya bisa dilakukan pada areal yang umur tanamannya belum mencapai TM 3 karena pada umur TM 3 keatas daun-daun kelapa sawit sudah saling bergandeng satu sama lain sehingga sinar matahari tidak dapat menembus areal dibawahnya.  Akibatnya, bibit atau tanaman yang ditanam pada areal tersebut tidak akan tumbuh secara optimal, bahkan mati.


  • Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada prisipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma.Keunggulan tanaman pokok harus di tingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok (Pahan, 2007).


Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu  Pengendalian gulma secara manual, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara konvensional, misalnya dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan sebagainya.  Pengendalian gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida, baik yang bersifat kontak maupun sistemik.  Pengendalian Secara kultur teknis,yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan tanaman penutup tanah jenis kacangan (Pahan, 2007).


Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, kondisi, yang tidak diinginkan manusia. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosilisasi dengan khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, Gulma mudah melakukan generasi sehingga unggul dalam persaigan dengan tanaman budidaya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam hal perolehan ruang,cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia yang disekresikan (Purba, R.2009).


  • Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan yang sangat penting. Tujuan pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan di lapangan dilakukan atas  rekomendasi pemupukan areal tersebut. Rekomendasi pemupukan disuatu areal didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, hasil pengamatan dilapangan, potensi produksi, serta percobaan pemupukan pada tanaman kelapa sawit.


Menambahkan  pupuk yang diberikan harus tepat jenis maupun dosisnya. Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk dalam piringan yang dibuat melingkar disekitar tanaman. Frekuensi pemupukan yang dianjurkan adalah dua kali dalam satu tahun, masing-masing setengah dosis. Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan.


Produksi dan kualitas produksi yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit, bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi)yang maksimal (Pahan, I.2010).


  • Penunasan dan Kastrasi

Penunasan adalah pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa sawit yang tidak bermanfaat lagi bagi tanaman. Tujuan dari penunasan pada tanaman belum menghasilkan adalah untuk sanitasi pohon. Peralatan yang digunakan adalah chisel. Rotasi untuk melakukan penunasan 6 bulan sekali (Purba, 2008).


Kastrasi dilakukakan pada tanaman yang mengeluarkan bunga yang buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim kepabrik dan pertumbuhan sangat kerdil. Kastrasi Merupakan kegiatan membuang bunga muda yang tumbuh pada ketiak daun, baik bunga jantan maupun bunga betina.Kegiatan ini dilakukan tanpa melukai batang dan pangkal pelepah daun.


Beberapa tujuan dari kastrasi adalah     :

  1. Merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman Kelapa Sawit.
  2. Kondisi tanaman yang lebih bersih sehingga mengurangi serangan hama dan penyakit.
  3. Untuk mendapatkan buah yang berat / tandan yang relatif seragam atau sama ( Sunarko, 2006)

  • Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit yang umum dijumpai pada tanaman belum menghasilkan yaitu penyakit tajuk (Crown Disease) yang disebabkan oleh faktor faktor keturunan dengan gejalanya ditandai munculnya pelepah yang tidak membuka sempurna dan membengkok. Pengendaliannya dilakukan dengan tidak memberikan pupuk N secara berlebihan (Hadi, 2004).


Lebih lanjut Hadi (2004) menjelaskan bahwa penyakit yang sering dijumpai selanjutnya yaitu penyakit busuk batang (ganoderma). Gejala penyakit ini adalah daun pucuk layu dan daun tua patah-patah. Penyebabnya adalah jamur Basidiomycetes. Tanaman kelapa sawit yang mati karena penyakit ini harus dimusnakan dengan membakarnya sampai habis untuk menhindari terjadinya penularan kepada tanaman yang lain.


Pengendalian ini perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika hama dan penyakit akan menyerang tanaman kelapa sawit tidak cepat diberantas, produksi buah akan turun, baik secara kuantitas maupun kualitas. Adapun hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman yang belum menghasilkan adalah, babi hutan, tikus, ulat kantong, sedangkan penyakitnya tajuk sperti busuk batang. Dimana gejala serangannya terlihat bila tajuk membuka dan membengkok. Untuk pengendalian penyakit ini biasanya dibiarkan saja, karena penyakit ini akan sembuh dengan sendirinyaa dalam waktu 6-12 bulan (Sunarko, 2006).


  • Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan dan panen yang menguntungkan secara ekonomis adalah pada saat tanaman berumur 2,5 tahun. Bunga jantan atau bunga betina muncul pada setiap ketiak pelepah daun dan sebagian bunga ini akan gugur. Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal jika dilakukan pemeliharaan yang baik (Purba, 2008).


Tanaman Menghasilkan adalah tanaman yang telah berproduksi (menghasilkan) sejak berumur 2,5,-3 tahun keatas, disini diperlukan perawatan yang baik supaya memperoleh hasil yang maksimal.(anonym.2011).


  • Pengendalian Gulma

Purba (2008) menambahkan pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan dapat dilaakukan dengan cara manual dan kimia. Secara manual dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu dengan menyiang gulma menggunakan cangkul. Sdangkan secara kimia yaitu penggendalian menggunakan bahan kimia dengan cara menyemprotkan. Bahan kimia yang digunakan berupa sistemik dan juga kontak.


  • Penunasan pelepah

Penunasan merupakan kegiatan memangkas pelepah yang tidak aktif lagi untuk fotosintesis.selain itu juga untuk menjaga keseimbangan fisiologi tanaman dan sanitasi serta mempermudah pemanenan . Alat yang di gunakan untuk egrek  sedangkan kapak di gunakan untuk memotong pelepah yang telah di pangkas . Dalam penunasan perlu perhatikan jumlah  pelepah yang harus di tinggalkan di setiap pohon ,guna terpelihara nya jumlah konopi pelepah yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan fotosintesis pada tanaman ,sebagaimana tabel berikut:


Tabel 1. Klafikasi jumlah pelepah yang tersisa pada penunasan

Klafikasi jumlah pelepah yang tersisa pada penunasanAlat-alat yang digunakan tergantung pada cara penunasan, bisa berupa dodos, kampak, dan bisa juga egrek. Agar rotasi tunas an dapat terpenuhi sebaiknya dibuat rencana penunasan setiap bulan. Menurut teori, penunasan dilakukan pada waktu panen rendah karena saat itu daun yang tidak menyangga tandan lebih banyak.


Hasil Panen Kelapa Sawit Per Hektar

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol (Sastrosayono, 2003).


Panen adalah merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang matang dan mengutip brondolan kemudian selanjut nya di kumpul ke tempat pengumpulan hasil  (TPH). Sebelum kegiatan pemanenan dilakukan terlebih dahulu mempersiapkan semua peralatan yang di gunakan . Alat yang di gunakan dalam  pemanenan buah sawit :

Tabel 2. Klasifikasi Penggunaan Alat Panen

Klasifikasi Penggunaan Alat Panen


Demikian penjelasan artikel diatas tentang Pembibitan Kelapa Sawit : Penanaman, Land Clearing, Perawatan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia Lahan.Co.Id