4 Tahap Mudah Budidaya Selada Air dengan Metode Hidroponik

Budidaya selada hidroponik – Selada pertama kali dibudidayakan oleh orang Mesir kuno, yang mengubahnya dari tanaman berdaun lebar yang bijinya digunakan untuk mengekstrak minyak menjadi tanaman pangan berharga yang ditanam untuk daunnya yang segar dan bijinya yang kaya minyak.

Selada menyebar ke Yunani dan Roma. Bangsa Romawi menyebut sayur lactuca, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi selada. Pada tahun 50 Masehi, banyak varietas selada telah dideskripsikan, dan selada sering muncul dalam tulisan-tulisan abad pertengahan, termasuk pada beberapa obat herbal.

Banyak kultivar selada muncul di Eropa selama abad 16 dan 18. Pada pertengahan abad ke 18, ada kultivar yang dapat ditemukan di taman dan alun-alun.

Tahapan budidaya selada hidroponik

Budidaya selada dibagi menjadi empat tahap yaitu tahap pembibitan, tahap cangkok, dan tahap perluasan, dan terakhir tahap panen.

1. Tahap perkecambahan selada air

Tahap awal adalah persiapan. Persiapan yang baik akan membuahkan hasil yang maksimal. Alat dan bahan untuk tahap pembibitan juga harus dipersiapkan dengan baik. Untuk wadah awal yang masih bercocok tanam hidroponik, gunakan rockwool kuning pucat.

Selanjutnya dibuat gergaji yang bentuknya seperti penggaris logam berukuran 50 cm. Jangan lupa siapkan juga tusuk sate atau tusuk gigi berukuran 4 inci agar lebih mudah. Kemudian semprotkan pestisida atau air. Benih selada yang paling penting. Siapkan sesuai selera.

Langkah pertama adalah memotong rockwool dengan ketebalan 2-3 cm menggunakan gergaji besi. Wol batu dipotong menjadi 18 bagian. Caranya adalah membagi bagian yang pendek menjadi 3 (tiga) bagian dan bagian panjang menjadi 5 bagian.

Potong rockwool sedalam 1 cm saja agar potongannya tidak terlepas. Potong secara perlahan dan hati-hati agar proses pembibitan dapat diaplikasikan dengan nyaman, sesuai dengan bagian masing-masing rockwool yang dibuat.

Setelah tahap pemotongan selesai, buat lubang pada rockwool dengan tusuk gigi sedalam sekitar 0,5 cm. Atau bisa juga menggunakan tusuk sate. Isi benih satu-satu ke dalam lubang. Satu lubang diisi satu biji.

Tips Agar lebih mudah, semprotkan siwak dengan botol semprot berisi air hingga bijinya menempel, sehingga lebih mudah mencabutnya. Geser rockwool ke alas atau nampan, kemudian basahi menggunakan air hingga semua bagian rockwool lembab.

Kini, rockwool bisa diletakkan di tempat yang cukup mendapat sinar matahari. Selalu pasang rockwool selama proses pembibitan agar tetap lembab dan tidak kering.

Pemanen dapat langsung mengikuti perkembangan pada tahap pembibitan. Hari pertama, masih di awal kuncup belum terlihat atau muncul ke atas. Namun, tampak putih-putih dari dalam lubang.

Pada hari kedua, kuncup akan mulai tumbuh, meski masih pendek. Pada hari ketiga, tanaman selada mulai menampakkan daun mudanya yang berwarna hijau muda. Dari hari ketiga hingga keenam, daun-daun akan semakin keluar dari lubang dan yang tadinya masih tersembunyi atau nyaris tak terlihat kini terlihat dan rata. Hingga hari kesembilan dan kesepuluh, tanaman selada melewati tahap selanjutnya.

Baca Juga :

2. Tahap Pindah Tanam Kemedia Hidroponik

Sepuluh hari setelah melewati tahap pembibitan, tanaman selada sudah siap untuk dipindahkan. Jumlah daunnya juga bertambah meski ukurannya masih tidak jauh berbeda. Kira-kira tiga sampai empat daun kecil.

Namun yang paling penting adalah selada tetap segar dan sehat. Jika sebagian rockwool belum tumbuh dan masih sangat kecil, berarti tidak bisa dipindahkan. Agar mudah dibawa, siapkan netpot yang dilengkapi sumbu dan kain flanel.

Selain itu, siapkan juga sistem hidroponik berupa bak plastik persegi panjang yang cukup untuk menopang net pot. Tutupnya dilubangi sebagai bejana jala dan saluran untuk air umpan di bawahnya. Konsentrasinya sekitar 300-500 ppm dan yang pasti petani bisa mengukurnya dengan TDS meter.

Untuk memindahkan tanaman selada muda, pisahkan setiap bagian rockwool dengan garis yang dibuat pada tahap pembibitan. Potong wol batu dengan gergaji besi hingga kedalaman 1 cm. Pisahkan dengan menggunakan cutter.

3. Tahap pembesaran selada air

Pada titik ini, penanam selada air dapat mengamati dengan lebih baik bagaimana selada akan tumbuh hingga panen. Sebaiknya dilakukan pengecekan setiap satu atau dua hari sekali agar dapat dipastikan kadar airnya apakah sudah berkurang atau masih mencukupi. Jika berkurang, segera tambahkan nutrisi pekat.

Pada hari ke 11 hingga 16, daun akan mulai melebar dan lebih besar dari sebelumnya. Pada hari ke-17 ditambahkan konsentrasi air menjadi 800 ppm. Kemudian, jika air umpan kotor atau keruh, segera ganti dengan air tawar. Walaupun tumbuh sledikit ambat dibandingkan tanaman kangkung atau bayam, selada membangun warna daun yang paling segar.

Pada hari ke 20-21, daun akan mulai rontok dari netpot. Selama dua hari berikutnya, air umpan diubah lagi menjadi 1000 ppm. Seperti sebelumnya, jika kotor harus segera diganti dengan yang bersih. Dari hari ke 27-30, daun selada menjadi lebih besar dan lebih mudah diserang hama.

Penyakit juga harus diperhitungkan agar panen tidak gagal. Pada hari ke-31 feed water ditingkatkan lagi menjadi 1200 ppm. Perlu diingat bahwa dari hari ke-30 hingga panen, air umpan harus diperiksa setiap hari karena akan cepat habis. Semakin besar tanaman, semakin tinggi pula daya serapnya.

Hama selada

Penyakit Jangel

Penyakit Jangel (Bradybaena similaris ferussac) berbentuk seperti keong berukuran sekitar 2 cm. Itu bersembunyi di pangkal daun bagian dalam dan menyerang daun di segala usia.

Hama tangek

Hama tangek (Parmalion pupilaris humb) memiliki bentuk yang mirip dengan jangle tetapi tidak memiliki siput yang disebabkan oleh serangannya yang membuat lubang pada daun. Umumnya hama ini menyerang tanaman selada saat musim kemarau tiba dibandingkan musim penghujan.

Kutu daun

Kutu daun yang menyerang akan menyebabkan daun menyusut. Kemudian mengering karena kekurangan cairan. Bahayanya jika menyerang tanaman selada muda akan mengganggu perkembangannya, atau tumbuh kerdil atau tidak sempurna. Untuk mengendalikan hama ini, digunakan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Thrips

Thrips dapat menyebabkan daun selada menguning, kering, dan akhirnya mati. Apabila tanaman selada diserang hama jenis ini, dapat dikendalikan menggunakan insektisida yang sesuia dengan dosis yang dianjurkan.

Penyakit selada

Busuk lunak

Busuk lunak disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Serangan bakteri ini dimulai dari tepi daun kemudian daun berubah warna menjadi coklat dan akhirnya layu. Bakteri tersebut tidak hanya menyerang tanaman yang masih tumbuh, tetapi juga dapat menyerang tanaman selada yang sudah dipanen dan siap dikirim ke konsumen.

Busuk batang

Tanaman selada yang terserang penyakit downy puddock memiliki batang yang licin dan mengandung lendir. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani. Jika kondisi tanah basah, jamur ini juga dapat menyerang tanaman berbiji menyebabkan tanaman selada juga terserang busuk akar. Untuk mencegah penyakit ini, Anda dapat melakukannya dengan menjaga kebersihan tanah dan menjaga agar tanah tetap lembab, tidak terlalu basah. Jika beberapa tanaman terserang dan parah, kendalikan dengan fungisida sesuai dosis anjuran.

Busuk pangkal daun

Penyakit busuk daun disebabkan oleh miselium berserabut yang menyerang pangkal daun saat panen tiba. Untuk mengendalikan penyakit ini dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida alami atau pestisida kimia. Jika Anda menggunakan pestisida kimia, Anda harus memberi perhatian khusus pada lingkungan di sekitar kebun Anda. Selain itu, pengendalian agar tanaman selada tidak terserang dengan menjaga kebersihan tanah, menyiram dengan baik, dan melakukan pergiliran tanaman untuk menghentikan penyebaran nematoda.

4. Panen selada berair

Hari ke 32 sampai 33 Daun selada berukuran besar dan lebar, memenuhi ukuran standar. Artinya selada sudah siap dipanen. Waktu panen selada biasanya 35-40 hari. Namun, pemanenan tetap bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Jika Anda menanamnya sendiri, mereka bisa dipanen saat mencapai usia 30 hari.

Selada tidak boleh dibiarkan menua atau akan menimbulkan rasa pahit. Saat dipanen, selada dapat dengan mudah dikeluarkan dari jaring mangkuk. Sayuran hijau ini siap dimanfaatkan dengan daunnya yang segar dan sehat.