Perbaikan dan Pengaruh Tanah Masam Pada Lahan Pertanian

Mengatasi PH Tanah – Kondisi tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Struktur unsur hara tanah yang sempurna memungkinkan tanaman tumbuh dengan subur, menghasilkan hasil yang optimal.

Keasaman tanah dengan pH antara 5,5 dan 6,5 sangat penting untuk pertumbuhan yang optimal. Sawah yang sangat masam hanya menghasilkan 2,5-3 t/ha. Kondisi tanah yang asam ini diperparah dengan kondisi curah hujan yang tidak menentu akibat perubahan iklim. Tentu saja hal ini sangat merugikan petani karena pendapatan yang rendah.

Asem-aseman adalah gejala daun padi yang tadinya berwarna hijau berubah warna menjadi kuning kemerahan mulai dari ujung hingga pangkal daun. Tak lama kemudian, daun akan mengering dan pertumbuhannya akan berhenti.

Saat dicabut, tanaman tampak berwarna coklat seperti besi berkarat, mudah mengelupas dan sebagian busuk. Penyakit assemen pada padi sawah disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak menyelesaikan penguraian sisa padi di dalam tanah.

Proses ini akan menghasilkan panas di ladang. Selanjutnya proses regenerasi akan menyebabkan penurunan pH tanah sehingga cenderung menjadi asam. Kejadian seperti ini sering dijumpai pada lahan sawah dengan kandungan karbon organik rendah, seiring dengan kebiasaan petani yang sering menggenangi sawah dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma terutama pada saat tanaman masih muda.

Pada tanah dengan drainase yang buruk (tidak ada timbunan dan sulit mengalirkan air dari petak), juga dipastikan sangat rentan terhadap asam. Tentunya kondisi seperti itu akan mengurangi suplai dan pertukaran oksigen di dalam tanah yang fungsinya sangat penting bagi pertumbuhan akar. Konsep kemasaman tanah merupakan salah satu prinsip dasar kimia tanah yang menunjukkan interaksi tanah.

Di iklim tropis lembab, pengasaman tanah adalah proses alami. Keasaman tanah merupakan salah satu masalah utama bagi pertumbuhan tanaman karena pada tanah dengan pH yang sangat asam yaitu pH kurang dari 4,5 akan terjadi perubahan kimia pada sistem tanah sebagai berikut:

  • aluminium menjadi lebih larut dan beracun bagi tanaman, dan sebagian besar tanaman nutrisi menjadi lebih pendek.
  • tersedia untuk tanaman, sementara beberapa mikronutrien menjadi lebih larut dan beracun, mengurangi hasil dan mempengaruhi fungsi penting dalam organisme tanah yang hidup berdampingan dengan tanaman, seperti fiksasi nitrogen oleh Rhizobium.
  • Sifat ekstrim tanah masam menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal dan lesu. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, seperti keracunan beberapa barang dan tidak tersedianya beberapa nutrisi.

Secara umum sifat dan ciri tanah masam dapat diuraikan sebagai berikut;

  • Tanah dengan pH kurang dari 6,5
  • Daya dukung pangkalan sangat besar.
  • Daya hemat airnya sangat kuat.
  • Daya hisap air tinggi
  • Ada toksisitas unsur al, mn dan fe pada tumbuhan.
  • Kandungan N, P, K, Ca, Mo dan Mg sangat rendah
  • Mengikat nitrogen, aktivitas mikroba magnesium rendah, dan kapur yang dapat ditukar rendah dapat dikaitkan dengan defisiensi unsur tembaga dan septa.
  • Tingkat pH atau keasaman dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Beberapa efek tersebut antara lain sebagai berikut:

  • Tentukan apakah ion nutrisi mudah diserap oleh tanaman.
  • Menunjukkan adanya unsur beracun bagi tanaman.
  • Memahami evolusi mikroorganisme tanah.

Berikut adalah faktor-faktor yang membuat tanah menjadi lebih asam (pH lebih rendah) yang harus Anda waspadai.

  • Pengelolaan drainase yang buruk menyebabkan genangan air yang terus berlanjut di permukaan bumi.
  • Tanah kekurangan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
  • Kelebihan kandungan tembaga (Cu), aluminium (Al) dan besi (Fe) di dalam tanah.
  • Dekomposisi bahan organik melepaskan kalsium (Ca) dari tanah.
  • Curah hujan yang tinggi melepaskan unsur hara ke dalam tanah.
  • Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.

Apa sebenarnya yang menyebabkan gejala asam pada tanaman padi ini? Tentu saja, pH tanah lebih rendah dari ambang normal tanaman padi, yaitu berkisar antara 5,5 dan 6.
Namun kasus ini bukan satu-satunya, ada alasan lain:

Hal ini terjadi pada tanaman padi MT-2, dimana masih banyak sisa jerami yang terekstraksi mengalami proses dekomposisi anaerobik di dalam tanah, terutama di bagian rizosfer (sekitar akar). Mikroba anaerob menghasilkan asam, sulfida, pirit, dll., Yang menyebabkan tanah menjadi asam.

Beberapa mikroba anaerob juga mencerna (memecah/membusuk) akar muda tanaman padi. Warna akar coklat kekuningan seperti besi berkarat, agak licin bila disentuh, dan kulit akar mudah terkelupas.

Baca Juga :

Dampak kerusakan terbesar terjadi pada sawah dimana tanaman memotong tongkolnya (tidak menipis) dan jerami tidak disingkirkan dari sawah. Gejala akan semakin parah setelah menerima pupuk susulan berupa urea.

Waktu antara pemanenan MT-1 dan penanaman MT-2 tidak cukup untuk membiarkan lahan beristirahat dan benar-benar memecah jerami yang tersisa. Cara mengetahui pH tanah dapat dipelajari dengan berbagai cara, tradisional (cara mudah) dan dengan menggunakan alat pH meter tanah.

Secara tradisional, pH tanah dapat ditentukan dengan melihat jenis tanaman yang tumbuh secara alami di dalam tanah dan menggunakan indikator dari bahan alami seperti kunyit. Berikut adalah beberapa cara mudah untuk mengetahui tingkat keasaman (pH tanah) tanah Anda, baik secara tradisional maupun menggunakan pH meter.

Cara mudah menentukan pH tanah menggunakan indikator kunyit

Selain mengamati tanaman Anda tumbuh, cara lain untuk mengetahui tingkat keasaman tanah Anda adalah dengan menggunakan kunyit. Akar kunyit dapat digunakan sebagai indikator keasaman tanah.

Cara mengetahui pH tanah menggunakan kunyit adalah sebagai berikut;

  • Buat rimpang kunyit seukuran ibu jari, potong kunyit menjadi dua,
  • Ambil contoh tanah dari 5 sisi yang berbeda yaitu 4 titik dari ujung lahan dan 1 lagi dari titik di tengah lahan,
  • Semua sampel tanah digabungkan dalam wadah dan dibasahi dengan air secukupnya, kemudian dikocok hingga diperoleh campuran yang homogen.
  • Kami memasukkan sedikit kunyit ke dalam campuran tanah dan membiarkannya selama 30 menit, lalu mengeluarkannya,
  • Selanjutnya, bandingkan warna kunyit dengan warna potongan kunyit yang tidak dimasukkan ke dalam wadah berisi pasta giling.
  • Jika warna kunyit memudar, berarti tanahnya asam (pH rendah), jika warna kunyit tetap, maka pH tanahnya netral, dan jika warna kunyit membiru, berarti tanah tersebut memiliki pH tinggi atau basa.

Mengukur pH tanah dengan kertas lakmus

Dua cara di atas sudah cukup untuk membantu kita mendeteksi keasaman lahan pertanian, namun kita tidak bisa mengetahui angka pH secara pasti.

Sehingga kami masih kesulitan mengolah lahan. Misalnya, ketika kita menggunakan kapur untuk menaikkan pH tanah, kita tidak tahu persis berapa banyak dosis kapur yang harus digunakan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran pH tanah dengan alat salah satunya kertas lakmus.

Mengukur pH tanah dengan kertas lakmus berikut caranya :

  • Ambil contoh tanah dari 5 tempat yang berbeda, 4 titik dari ujung lahan dan 1 titik lagi di tengah lahan.
  • Semua sampel tanah dikumpulkan dalam wadah dan dibasahi dengan air dengan perbandingan 1:1, kemudian diaduk hingga tercampur rata.
  • Biarkan sekitar 15-20 menit agar tanah mengendap (pisahkan air dari tanah).
  • Rendam ujung kertas lakmus dalam air selama 1 menit dan jangan sampai menyentuh tanah, segera keluarkan jika kertas lakmus warnanya masih membandel.
  • Warna kertas lakmus sesuai dengan skema warna,
  • Cari tahu berapa skala alirannya, 0, 1, atau 7
  • Cara mengukur pH tanah menggunakan pH meter

Cara yang terakhir ini merupakan cara yang paling sederhana, praktis dan paling akurat dibandingkan dengan tiga cara sebelumnya.

Dengan adanya pH meter, Anda dapat langsung mengetahui skala pH tanah Anda, sehingga memudahkan kami dalam melakukan perawatan. Penggunaan pH meter tanah sangat mudah dan nyaman, cukup masukkan ujung pH meter ke empat ujung tanah dan satu titik di tengah tanah. Hasil yang diperoleh pada skala pH akan menunjukkan angka yang telah dirata-ratakan.

Mengukur keasaman tanah dengan pH meter memudahkan aplikasi kapur pertanian. Karena angka atau skala hasil pengukuran pH dapat diketahui dengan pasti. Secara umum, 2 ton dolomit (kapur pertanian) per hektar diperlukan untuk menaikkan level 1 pada skala pH.

Misalnya, jika hasil pengukuran menunjukkan angka pH 6, dibutuhkan 2 ton dolomit untuk mencapai pH 7 pada satu hektar lahan. Apa bila hasil pengukuran mendapatkan hasil angka 4 maka diperlukan 6 ton dolomit dalam satu hektar untuk mendapatkan pH netral (7,0).

PH tanah harus diukur dan dolomit atau kapur diterapkan saat menyiapkan tanah sehingga pH tanah benar-benar konstan saat benih atau bibit ditanam. Mengatasi keasaman tanah

Keasaman tanah dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, yaitu:

Pengapuran

Tujuan pengapuran ini adalah untuk meningkatkan pH tanah dalam jangka pendek pengapuran efektif, sedangkan lama kelamaan tanah akan menjadi asam kembali.

Selain itu, kapur dapat meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation), tetapi sekali lagi, ini terjadi dalam waktu relatif, karena tanah selalu mengandung sistem penyangga. Reduksi dengan penambahan oleomite (Ca, Mg(Co)2) dapat menurunkan kandungan mineral dalam tanah.

Namun perlu diperhatikan bahwa sebagian besar kandungan kalsium dan magnesium di dalam tanah juga akan mempengaruhi keseimbangan unsur hara di dalam tanah, sehingga penggunaan dolomit harus dilakukan dengan bijak.

Pemupukan (penambahan nutrisi)

Karena tanahnya asam, CEC (Cationic Exchange Capacity) berarti pupuk kita hilang dan tidak dapat terserap dengan baik. Agar efektif perlu diperhatikan beberapa hal yaitu waktu pemupukan, pemberian pupuk serta dosis yang diberikan.

Waktu pemupukan harus diperhitungkan secara cermat, agar unsur hara (N, P dan K) yang terdispersi oleh air terhambat. Pemupukan sebaiknya diberikan minimal dua kali pada awal semai dan 1-2 bulan setelah semai.

Penempatan pupuk juga berperan strategis dalam memperbaiki kondisi tanah. Pemupukan bisa dilakukan dengan cara menyiram di sekitar akar atau bisa juga dengan disemprotkan ke belakang daun. Pendekatan ini diambil untuk memaksimalkan serapan hara tanaman.

Herbisida

Tanah asam, terutama tanah gambut, sering dihinggapi gulma, dan gulma ini mengganggu keseimbangan unsur hara di dalam tanah, membuat tanaman tidak optimal. Untuk mengendalikannya dapat digunakan herbisida. Tentunya penggunaannya harus hati-hati dengan memperhatikan dosis dan cara pengaplikasiannya.

Donasi fosfat

Untuk tanah masam, direkomendasikan jenis fosfat yang agak tinggi, dan untuk efektivitas unsur P, disarankan untuk menggunakan P yang mudah larut dalam air. Fosfor yang baik untuk tanah masam adalah fosfor dengan kandungan kalsium dan CaO lebih dari 40%, yang akan efektif pada tanah masam.

Hindari penggunaan pupuk fosfat yang mengandung persentase silika yang tinggi (Al2O3 dan Fe2O3) karena tidak akan berguna untuk menyuburkan tanah masam. Pasokan mikroorganisme pengurai

Banyak bahan organik di tanah gambut yang belum terurai secara optimal, sehingga diperlukan tambahan mikroba untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menguraikannya.