Cara Menanam Buah Kiwi

Buah Kiwi

Cara Menanam Buah Kiwi – Pembibitan, Perawatan Dan Syarat Tumbuh – Pada umumnya, pola penyebaran buah–buahan dan berbagai jenis tumbuhan mengikuti pola persebaran iklim. Wilayah Indonesia termasuk daerah yang sebagian besar tergolong daerah yang beriklim basah sehingga akan sangat bagus untuk pengembangan produksi buah – buahan budidaya dengan mengikuti pola persebaran tersebut. Indonesia memiliki 4 wilayah persebaran buah – buahan budidaya, dimana untuk budidaya buah Kiwi dapat dilakukan pada dataran tinggi beriklim basah.

Cara-Menanam-Buah-Kiwi


Buah kiwi adalah salah satu buah yang cukup mudah dibudidayakan di Indonesia, karena perawatan dalam menanam buah kiwi tergolong sederhana. Namun, di Indonesia buah kiwi ini belum banyak yang membudidayakan, sehingga kesempatan untuk berwirausaha melalui budidaya kiwi cukup besar karena banyaknya permintaan masyarakat akan buah kiwi.


Buah Kiwi adalah sejenis buah beri dengan kelompok kultivar dari kayu pohon anggur (Actinidia deliciosa). Actinidia tersebut asli berasal dari Shaanxi, Cina. Buah kiwi yang normal berbentuk Oval, berukuran 5 – 8 cm atau 2 – 3 in dan diameternya 4,5 – 5,5 cm. Buah kiwi diketahui memiliki banyak manfaat bagi kesehatan karena kandungan vitaminnya yang bermacam-macam. Salah satu nya yaitu untuk memperlancar pencernaan. Kiwi merupakan buah yang kaya akan vitamin C, kalium, vitamin E, dan sejumlah kecil vitamin A. Kulit buah kiwi merupakan sumber flavonoid yang merupakan zat antioksidan yang diperlukan oleh tubuh. Minyak biji buah Kiwi mengandung asam alfa-linolenat, dan asam lemak omega-3. Buah Kiwi berukuran medium dapat mengandung sekitar 46 kalori, 0,3 g lemak, 1 g protein, 11 g karbohidrat, dan 2,6 g serat (Chandra, 2013).


Untuk dapat berhasil dalam membudidayakan buah kiwi, maka kita harus mengetahui teknik budidaya buah kiwi terlebih dahulu agar kiwi yang dihasilkan dapat optimal. Teknik budidaya tersebut meliputi pembibitan, persiapan lahan dan media tanam, penanaman, pemeliharaan, pemangkasan dan pengaturan arah rambat, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit, pembuahan, panen, serta kegiatan pasca panen.


Syarat Tumbuh

Kiwi dapat tumbuh dengan baik apabila memenuhi syarat tumbuhnya, yaitu :

  1. Tumbuh di dataran tinggi yang beriklim basah.
  2. Ketinggian ideal antara 800 – 3000 mdpl dengan suhu rata-rata 12 – 24ºC. Suhu tertinggi yang masih dapat ditoleransinya adalah 26ºC.
  3. Tanah humus berpasir dengan drainase baik, tingkat keasaman sedang (pH 5,5 – 6,5).
  4. Membutuhkan sinar matahari sepanjang hari dengan sedikit naungan.
  5. Memerlukan ruang yang cukup luas karena arah pertumbuhannya yang menyebar.
  6. Jarak tanam antartanaman harus diperhatikan dengan baik .
  7. Memerlukan bantuan penyangga yang kuat sebagai media tumbuhnya.

Cara Menanam Buah Kiwi

  1. Pembibitan dari Biji

Pembibitan-dari-Biji

Untuk mendapatkan benih dari biji, pertama belah buah kiwi yang sudah benar-benar matang. Ambil bijinya dengan sendok, letakkan dalam wadah. Cuci hingga bersih dari sisa-sisa daging buah yang menempel. Saring biji dan bilas lagi beberapa kali hingga benar-benar bersih. Rendam biji dalam air hangat semalaman, kemudian letakkan di handuk kertas basah, bungkus dan masukkan ke dalam kantung plastik yang dapat dilekatkan ujungnya (disegel). Lekatkan segel plastik, simpan di tempat yang hangat.


Periksa setiap hari sampai biji berkecambah. Jika handuk kertas tampak kering, sementara biji belum berkecambah, tambahkan air untuk membasahi handuk kertas. Setelah biji tampak berkecambah (±10 hari), siapkan beberapa buah pot atau polybag berdiameter 30 cm. Isi dengan media tanam berupa campuran tanah humus/tanah berpasir dan kompos/pupuk kandang (1 : 1). Dalam satu pot/polybag dapat ditanam 3 – 4 benih kiwi. Keluarkan benih yang sudah berkecambah dari kantung plastik.


Sobek-sobek handuk kertasnya, satu sobekan kira-kira cukup untuk membungkus 3 – 4 benih. Tanam benih bersama bungkus handuk kertasnya. Ulangi langkah yang sama hingga semua benih tertanam. Letakkan pot/polybag yang telah ditanami benih di tempat yang mendapat cukup banyak sinar matahari, tetapi tidak langsung. Misalnya, di dekat jendela atau di bawah naungan transparan. Usahakan benih mendapat sinar matahari dari arah selatan atau barat atau di antaranya.


Jangan menaruhnya di tempat terbuka karena benih kiwi tidak tahan terik sinar matahari siang. Bibit yang masih sangat muda tidak tahan suhu yang sangat dingin. Jika sudah tumbuh daun minimal 3 – 4 lembar dan perakarannya pun sudah tumbuh dengan baik, pindahkan ke pot/polybag yang lebih besar. Bibit yang sudah berusia 1,5 – 2 bulan atau tingginya sekitar 30 – 50 cm siap dipindahtanamkan ke lahan permanen atau pot yang lebih besar lagi.


  1. Pembibitan dengan Stek Batang

Pembibitan dengan Stek Batang

Pada tanaman kiwi, ada dua macam batang, batang keras dan batang lunak. Untuk stek, pilih batang lunak, yaitu yang diameter batangnya sekitar 1 cm, dan sudah memiliki tiga mata tunas. Potong sepanjang 13 – 20 cm. Potong tunas tepat di bawah batas tumbuh. Bersihkan semua daunnya, kecuali satu lembar yang ada di pucuk. Celupkan pangkal tunas ke dalam larutan hormon pertumbuhan akar. Letakkan di dalam wadah yang diberi media khusus perakaran. Jaga tetap lembap dan hangat (21 – 23ºC) di tempat yang terlindung, seperti di dalam greenhouse.


Akar akan muncul dalam 6 – 8 minggu. Pindahkan ke media persemaian dalam pot/polybag berukuran kecil (kedalaman ±10 cm). Letakkan di tempat teduh sampai batangnya mencapai ukuran diameter ½ cm dan panjangnya sekitar 1 m. Jika sudah mencapai ukuran ini, bibit dapat dipindahtanamkan ke lahan permanen atau pot yang lebih besar. Proses ini sebaiknya dilakukan pada bulan Agustus – September.


Persiapan Lahan dan Media Tanam

Kiwi dapat ditanam langsung di tanah atau menggunakan pot. Antartanaman memerlukan jarak tanam yang cukup untuk menghindari tingginya kelembapan yang dapat memicu munculnya berbagai penyakit. Jika Anda menanam kiwi langsung di tanah, maka diperlukan pengolahan lahan sebelum penanaman. Bersihkan lahan dari gulma ataupun tanaman pengganggu lainnya. Gemburkan tanah dengan cangkul atau bajak sedalam 20 – 30 cm. Campurkan tanah lapisan atas dengan kompos atau pupuk kandang. Atur tingkat keasaman tanah dengan kapur dolomit.


Perkirakan jarak tanam minimal 2 x 2 m di lahan sempit dan 4 x 4 m sampai 6 x 6 m di lahan yang lebih luas. Beri tanda tempat-tempat yang nantinya akan dijadikan lubang tanam. Buat parit-parit untuk drainase. Diamkan lahan selama 2 – 3 hari. Seluruh proses pengolahan lahan ini hendaknya sudah selesai 2 minggu sebelum penanaman. Jika Anda memilih menanam kiwi di dalam pot, pilihlah pot berukuran besar (±30 – 70 liter) dari bahan yang kuat dan memiliki lubang drainase yang baik.


Siapkan media tanam berupa campuran tanah humus, pasir, dan kompos/pupuk kandang/pupuk organik dengan perbandingan seimbang. Bisa juga menggunakan media tanam yang diformulasi khusus dengan bahan-bahan organik. Media tanam semacam ini dapat Anda peroleh di toko-toko tanaman atau tempat-tempat penjualan bibit. Banyak juga yang menjualnya secara online. Satu lagi yang harus dipersiapkan sebelum melakukan penanaman adalah pembuatan rambatan berupa para-para/teralis/pergola dari bahan yang kuat.


Rambatan yang paling sederhana dibuat seperti jemuran pakaian atau tiang listrik (bentuk T), terdiri atas dua pancang kayu/besi vertikal setinggi 180 – 2 m, diameter 10 – 12 cm, yang masing-masing ditanam di salah satu sisi lahan (berseberangan). Jarak antara tiang pancang yang satu dengan yang lain minimal 1,5 m jika lahan Anda sempit, 4 – 6 meter jika ukuran lahan Anda cukup ideal sebagai perkebunan. Pasangkan pancang horizontal sepanjang 1 – 1,5 m di atas kedua pancang vertikal, arah pemasangan searah dengan garis luar kebun.


Kemudian, pasang kawat-kawat berukuran tebal melintang kebun dari pancang yang satu ke pancang di seberangnya. Pemasangan kawat dapat dibuat secara bertingkat dengan penambahan pancang horizontal setinggi 90 – 1 m dari tanah. Jangan membuat para-para setelah Anda menanam bibit kiwi karena Anda dapat merusak tanaman tersebut. Pembuatan para-para ini penting tidak hanya pada tanaman kiwi yang ditanam di tanah, melainkan juga untuk yang ditanam di pot.


Pembuatan para-para untuk tanaman kiwi tabulampot tidak hanya berfungsi sebagai media rambatan, tetapi juga untuk menghindari terjungkalnya pot akibat terlalu berat menahan beban tanaman. Perlu diingat bahwa, sekalipun memerlukan sinar matahari sepanjang hari, tetapi tanaman kiwi yang masih muda membutuhkan naungan dan perlindungan dari cuaca ekstrem. Buatkan naungan transparan atau semacam greenhouse untuk melindungi tanaman.


Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika sinar matahari tidak terlalu panas.

  • Penanaman di Tanah

Penanaman-di-Tanah

Buat lubang tanam seukuran polybag atau pot persemaian/pembibitan. Jika bibit disemaikan dalam polybag, cara menanamnya mudah. Cukup lepaskan polybag dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran dan segera masukkan ke lubang tanam dalam posisi tegak lurus, tepat di tengah lubang. Urug kembali dan padatkan tanah di sekeliling batang utama.


Sirami secukupnya. Apabila menyemaikan bibit di dalam pot, basahi dahulu media semainya agar lebih mudah digali. Gunakan sekop untuk menggali dan mencungkil bibit keluar dari pot. Lakukan dengan hati-hati agar akar tidak rusak. Masukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi akar tunggal lurus, sementara akar serabut dibiarkan menyebar. Langkah selanjutnya, urug dan padatkan tanah di sekitar batang utama, lalu sirami secukupnya.


  • Penanaman di dalam Pot

  • Sebarkan kerikil atau pecahan bata/genting di dasar pot.
  • Isi pot dengan media tanam yang sudah disipakan hingga 1/3 bagian.
  • Masukkan bibit yang sudah dilepaskan dari polybag atau dikeluarkan dari pot semai.
  • Letakkan dalam posisi tegak lurus tepat di tengah pot.
  • Timbun dengan sisa media tanah sampai ketinggian kurang lebih 2 cm di bawah bibir pot.
  • Sirami hingga air tampak keluar dari lubang drainase.
  • Pasang ajir tambahan dalam pot, bersebelahan dengan bibit.

Pemeliharaan

  1. Sirami satu atau dua kali sehari, pagi dan atau sore, sesuai kondisi tanah, selama awal masa pertumbuhan. Setelah tanaman cukup dewasa (di atas satu tahun) penyiraman disesuaikan dengan kebutuhan. Jika kandungan air tanah cukup tinggi dan kedalaman air tanah cukup dangkal, penyiraman tambahan hanya diperlukan 2 – 3 kali dalam seminggu di musim kemarau.

  2. Penyiangan gulma dan penggemburan tanah secara manual, serta pemupukan lanjutan.
  3. Pupuk lanjutan atau tambahan diberikan setelah tanaman berusia lebih dari satu tahun ketika fokusnya tidak lagi semata untuk pertumbuhan, tetapi sudah mulai difokuskan pada pembungaan dan pembuahan.
  4. Untuk tanah yang bersifat netral, pemupukan dilakukan pada awal bulan Maret. Adapun untuk tanah yang bersifat asam, pemupukan dilakukan pada bulan Mei – Juni. Hindari pemberian pupuk setelah melewati bulan Juli. Apabila tanah kurang subur, pupuk kandang/kompos dapat diberikan 2 kali seminggu.
  5. Menjelang masa pembungaan, gunakan pupuk formulasi khusus dengan kadar nitrogen tinggi, seperti amonium nitrat, urea, atau NPK 10 : 10 : 10.

  6. Setelah pemupukan selesai, tanah kembali disirami untuk membantu penyerapan dan mencegah terbakarnya akar akibat panasnya pupuk. Waktu pemupukan yang terbaik adalah pagi hari.
  7. Pemangkasan pada kiwi bertujuan untuk mengatur arah rambatnya dan mencegah penyakit akibat tanaman terlalu rimbun. Caranya yaitu mengikat cabang pada rambatan setiap 45 – 60 cm. Potong percabangan yang mengarah keluar dari rambatan. Buang tunas yang tumbuh membelit tunas lain, tumpang tindih, atau tumbuh ke arah yang salah. Selama masa pembuahan, perlu juga melakukan pemangkasan pemeliharaan.

    Setelah buah muncul, bersihkan tunas-tunas yang mengarah ke samping, sisakan 4 – 5 daun di sekitar buah yang mulai tua.

  8. Penyulaman. Tanaman yang sakit, tumbuh tidak normal, diserang hama, atau mati sebaiknya segera dibuang. Ganti dengan tanaman baru yang bibitnya dibesarkan bersama-sama dengan tanaman sebelumnya. Tujuannya agar proses pendewasaan tanaman tetap berjalan serentak. Dengan demikian, panen dapat dilakukan secara serentak pula.

Pengendalian Hama Penyakit

Hama

  1. Ulat penggulung daun (Platynota stultana)

Bagian-bagian tanaman yang diserang terutama buah dan daun. Buah diserang dari dalam dan luar. Larvanya bersembunyi dalam gulungan atau lipatan daun. Musuh-musuh alami yang dapat dimanfaatkan untuk memberantas hama ini, antara lain, lalat Tachinid, berbagai parasit terhadap larva, dan Baccilus thuringiensis. Untuk cara mekanis dapat menggunakan perangkap feromon.


  1. Tungau

Cara penanggulangannya yaitu semprot tanaman dengan slang air bertekanan tinggi. Cara ini mungkin mengikis tanah, tetapi sebagian besar tungau akan terlepas, bahkan beberapa akan mati, sehingga populasinya berkurang. Ulangi secara berkala untuk mendapatkan efektivitas dari cara ini. Cara lainnya adalah pemanfaatan predator yang sesuai atau tidak bersifat hama bagi tanaman dan cocok dengan cuaca setempa.


  1. Thrips

Untuk pencegahan, selalu jaga kebersihan lingkungan dengan rajin melakukan penyiangan terhadap tanaman-tanaman pengganggu yang menjadi inang. Semprot air menggunakan slang bertekanan tinggi secara berkala untuk mengusir hama dewasa. Musuh alami yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi thrips, antara lain, kumbang kubah, semut rangrang, lalat jala, dan berbagai jenis laba-laba. Jika langkah-langkah pengendalian nonkimiawi belum dapat mengatasi, gunakan insektisida berbahan dasar abamectin, profenofos, metomil, diafenturon, chlorpyrifos, piridaben, dan sipermetrin dengan bijaksana.


  1. Nematoda

Untuk mengatasi hama ini diperlukan teknik pengendalian hama terpadu. Dimulai dengan pengolahan lahan, pemupukan, penggunaan bahan organik, penggunaan penutup tanah, penggunaan pestisida nabati, agen hayati, pembasmian dengan nematisida kimia, dan karantina (pencegahan penyebaran dari daerah terinfeksi).


  1. Siput

Untuk mencegah datangnya siput, bersihkan areal kebun dari gulma. Hindari penggunaan mulsa organik yang dapat menjadi tempat persembunyian siput. Sirami tanaman pada pagi hari agar di sore hari tanah sudah mengering. Minimalkan penggunaan air dengan menggunakan sistem irigasi tetes bagi perkebunan. Perhatikan jarak tanam untuk kepentingan aerasi atau sirkulasi udara di dalam kebun. Populasi siput dapat berkembang dengan sangat cepat karena hewan ini hemaprodit, tidak memerlukan pasangan untuk kawin dan berkembang biak.


Penyakit

  1. Busuk Akar dan Pangkal

Untuk mengatasi penyakit ini, cabut dan bakar bibit yang terinfeksi. Tanah pada lubang bekas tanaman dicampur kapur dan dibiarkan terkena sinar matahari. Perbaiki drainase serta atur naungan untuk mengurangi kelembapan. Berikan fungisida yang berbahan dasar mankozeb atau famoxadone-cymoxanil bila perlu.


  1. Busuk Buah

Pengendalian penyakit ini memerlukan langkah-langkah terpadu sebagai berikut.

  • Pengendalian cuaca dan kelembapan udara, sangat dimungkinkan apabila tanaman kiwi dipelihara di dalam greenhouse.
  • Penyiraman di pagi hari tanpa membasahi daun.
  • Menanam tanaman pelindung di sekitar kebun kiwi.
  • Menyingkirkan semua sisa tanaman yang telah mati.
  • Atur jarak tanam agar sirkulasi udara tetap baik.
  • Minimalkan risiko terjadinya luka atau sayatan pada tanaman yang menjadi tempat masuknya infeksi.
  • Perendaman benih dengan fungisida berbahan aktif benomil 50% untuk menciptakan bibit yang tahan terhadap penyakit ini.
  • Hindari penggunaan pupuk yang mengandung nitrogen tinggi pada musim hujan.
  • Penerapan biofungisida yang bersifat dekomposer hayati, meliputi Trichoderma, Streptomyces, dan Geobacillus, pada perakaran. Interval pemberian 1 minggu sekali sejak bibit dipindahtanamkan.
  • Setelah tanaman dewasa, semprotkan bakterisida berbahan aktif tembaga atau bakterisida sistemik yang bersifat antibiotik.
  • Cabut dan bakar tanaman yang sudah terinfeksi

  1. Kanker Batang

Untuk mengatasi penyakit ini, buang bagian-bagian tanaman yang terkena infeksi. Lindungi tanaman dari perubahan suhu yang ekstrem. Penempatan tanaman di dalam greenhouse adalah salah satu usaha yang cukup signifikan untuk mencegah munculnya penyakit ini. Hindari terjadinya luka pada kulit batang, cabang, dan ranting.


Pembuahan

Pembuahan

Angin dan lebah adalah faktor-faktor utama yang dapat membantu terjadinya pembuahan. Tetapi, angin yang terlalu kuat atau terlalu lemah juga akan menyulitkan pembuahan.  Pilih tanaman yang aman disandingkan dengan tanaman kiwi. Membuat peternakan lebah di areal yang sama dengan perkebunan kiwi juga dapat menjadi solusi.


Panen

Tanaman kiwi yang terpelihara dengan baik sudah dapat diharapkan hasilnya dalam 3 – 4 tahun setelah penanaman di lokasi permanen. Sejak proses pembungaan hingga siap panen membutuhkan waktu 200 – 225 hari. Pada puncak produktivitasnya (mulai umur 8 – 12 tahun) satu pohon dapat menghasilkan sekitar 25 kg buah kiwi. Ciri-ciri buah yang telah siap panen adalah sudah mencapai ukuran maksimal dan terasa lembut atau lunak ketika disentuh. Tekstur kulitnya lebih lembut dan mengeluarkan bau harum yang khas.


Biasanya kiwi mencapai ukuran maksimal sekitar bulan Agustus dan matang sempurna pada bulan Oktober – November. Pada saat itu, biji buah kiwi sudah berwarna hitam dan kadar gula buah ini sudah meningkat (12 – 15%). Kiwi yang matang pohon rasanya memang lebih nikmat, tetapi tidak tahan lama di penyimpanan. Itu sebabnya, panen kiwi untuk tujuan komersial sebaiknya dilakukan sebelum buah benar-benar matang. Kiwi termasuk jenis buah yang akan melanjutkan proses pematangannya sekalipun telah dipetik dari pohonnya.


Panen buah kiwi untuk tujuan komersial sebaiknya dilakukan lebih awal, yaitu pada bulan September ketika buah baru mencapai tingkat kematangan 80% atau kadar gulanya baru mencapai 6 – 8%. Panen buah kiwi harus dilakukan dengan hati-hati karena buah ini mudah rusak akibat benturan. Potong tangkainya dekat pangkal buah. Gunakan gunting tanaman yang tajam. Memetik kiwi langsung dengan tangan dapat merusak tempat bakal tumbuhnya bunga dan buah baru. Letakkan dengan hati-hati dalam keranjang. Jangan tumpuk terlalu banyak agar buah yang berada di bagian bawah tidak rusak akibat tertindih. Petik buah yang telah mencapai ukuran maksimalnya saja. Buah yang masih agak kecil dibiarkan dahulu hingga mencapai ukuran maksimalnya untuk dipanen.


Pasca Panen

Pengelolaan buah kiwi pascapanen meliputi penyortiran, pengemasan, dan penyimpanan. Penyortiran dilakukan dengan mengelompokkan buah yang sudah terlalu matang dan yang masih memerlukan proses pematangan selanjutnya. Standar kualitas buah kiwi untuk dipasarkan meliputi kondisi buah yang masih agak keras ketika digenggam, kulitnya bebas cacat, tidak berkerut, tanpa noda, bintik, atau memar sekecil apapun. Buah yang sudah terlalu matang sebaiknya langsung dikonsumsi atau diolah.


Proses pematangan buah yang belum sepenuhnya matang disesuaikan dengan keperluan. Pematangan buah dapat dipercepat dengan cara memasukkan buah kiwi yang belum matang sepenuhnya ke dalam kantong plastik bersegel bersama buah-buahan lain yang sudah matang, seperti apel atau pisang. Simpan dalam suhu ruangan. Senyawa ethylene yang dilepaskan oleh buah-buahan yang sudah matang tersebut akan mempercepat proses pematangan kiwi.


Proses pematangan akan tetap terjadi jika kiwi disimpan dalam suhu ruangan. Hindarkan dari sinar matahari langsung. Jika menghendaki buah kiwi dapat bertahan lebih lama, simpan dalam pendingin sesegera mungkin setelah dipetik. Kiwi yang dikemas dalam kantong plastik kedap udara dan disimpan dalam lemari es akan bertahan sampai lebih dari 3 bulan. Kiwi yang dibekukan dapat bertahan lebih lama lagi, tetapi begitu dikeluarkan dari lemari pembeku harus segera dikonsumsi karena setelah mencapai suhu ruangan, buahnya akan menjadi sangat lembek (Anonim, 2019).


Baca Juga :


Demikain penjelasan artikel diatas tentang Cara Menanam Buah Kiwi – Pembibitan, Perawatan Dan Syarat Tumbuh semoga bermanfaat bagi pembaca setia Lahan.Co.Id